Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sektor Properti Tak Pengaruhi Perlambatan Penyaluran Kredit

Penyaluran kredit dari sektor perumahan sepanjang 2019 berjalan masih cukup cepat.

Bisnis.com, JAKARTA — Satu pengembang menyebutkan bahwa penyebab penyaluran kredit perbankan pada Juni 2019 yang hanya bertumbuh 9,92 persen secara year-on-year bukan dari perlambatan sektor properti.

Pertumbuhan kredit pada akhir Juni 2019 tercatat mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai 10,75 persen secara tahunan.

Direktur Paramount Land Alvin Andronicus mengatakan bahwa penyaluran kredit dari sektor perumahan sepanjang 2019 berjalan masih cukup cepat. Hanya saja, katanya, kemungkinan ada beberapa bank yang non-performing loan-nya tinggi sehingga memengaruhi laju penyaluran kreditnya.

“Dari properti mayoritas kan segmen pasarnya kebanyakan dari end user, di pasar itu tidak ada spekulasi. Mereka punya rencana pembayaran sesuai dengan mereka punya kantong, tidak ada dana yang ditahan-tahan,” kata Alvin kepada Bisnis, Rabu (24/7/2019).

Kecuali, kata Alvin, kemungkinan ada hambatan ketika memberi pinjaman pada beberapa program seperti ke generasi milenial, yang bunga, cicilan, atau uang mukanya kecil. “Nah, di situ risikonya besar sekali.”

Alvin menambahkan bahwa hingga saat ini sektor properti tidak menimbulkan masalah atau mengalami perlambatan, justru di sektor ini perbankan memberi portofolio yang cukup kencang.

Apalagi, dengan suku bunga Bank Indonesia yang turun ke 5,75 persen, menurut Alvin, justru akan semakin bagus.

Adapun, kondisi wait and see yang terjadi sepanjang semester pertama 2019 tidak terlalu memengaruhi karena pasar yang banyak diambil pengembang pada masa itu adalah pasar menengah ke bawah yang terus bergerak tanpa hambatan.

Menurutnya, perlambatan penyaluran kredit karena sektor riil yang kurang aktif, bisa jadi karena efek domino.

“Kalau produk industri tidak terserap pasar, kan akhirnya otomatis produksi menurun. Artinya, efektivitas dana yang terpakai pun menurun. Di situ terjadi kemungkinan pinjamannya besar mereka musti bayar bunganya besar,” tutur Alvin.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Putri Salsabila
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper