Bisnis.com, TARAKAN -- Sekitar 70 persen kapal di Tarakan Kalimantan Utara sudah mengaktifkan sistem identifikasi otomatis (AIS) sedangkan 30 persen sisanya sudah membeli perangkat, tetapi masih menunggu nomor identitas untuk dapat mengaktifkan AIS.
Ketua DPC Indonesian National Shipowners' Association (INSA) Tarakan Nuryono Ruata mengatakan para pemilik kapal di kota itu tidak keberatan atas kewajiban pengaktifan AIS karena demi keselamatan pelayaran di perairan Indonesia.
"Sementara ini kami sudah beli [perangkat AIS] dan dalam proses [menunggu nomor maritime mobile service identity] tadi. Saya kira [alasan pemerintah] benar kok, aset kami dengan fungsi ini manfaatnya cukup baik. Itu kan satu kali dibeli dan seterusnya. Long term," ujarnya seusai kegiatan sosialisasi aturan pengaktifan AIS kepada pelayaran dan masyarakat maritim di Tarakan, Senin (22/7/2019).
Menurutnya, kapal-kapal yang beroperasi di Tarakan umumnya berupa landing craft, tongkang (barge), kapal tunda (tug). Landing craft biasanya mengangkut minyak dari Tarakan ke Nunukan, Tanjung Selor, Malinau, dan Tana Tidung. Adapun barge biasanya mengangkut batubara.
Namun, dia menilai INSA Tarakan sempat kecewa karena sosialisasi yang kurang lengkap sebelumnya.
Menurut Nuryono, sosialisasi yang digelar di kantor KSOP Tarakan pada Juni 2019 tidak menerangkan bahwa perangkat AIS harus dilengkapi dengan nomor MMSI. Karena keterbatasan pengetahuan, banyak pemilik kapal memasukkan nomor contoh yang ada di manual. Alhasil, AIS tidak dapat diaktifkan.
Para pemilik kapal baru mendapat penjelasan belakangan bahwa nomor MMSI bisa didapatkan secara online. Beberapa pemilik kapal pun harus membeli lagi perangkat AIS karena perangkat yang telanjur salah nomor tidak dapat diatur ulang.
"Kami disuruh jalan, tapi enggak dikasih 'senter', 'penerangan'. Nubruk sana, nubruk sini, kami akhirnya. Cari sendiri kami," katanya.
Dari beberapa sumber, harga AIS Kelas B yang berfungsi memancarkan radio VHF untuk menyampaikan data melalui VDL guna mengirim data secara otomatis berkisar mulai Rp5 juta per unit.
Adapun harga AIS Kelas A yang dapat mengirim dan menerima data statik dan data dinamik kapal secara otomatis biasanya lebih mahal, yakni bisa mencapai Rp35 juta per unit.
Direktur Kenavigasian Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Basar Antonius mengatakan pemasangan AIS merupakan investasi yang bermanfaat bagi keselamatan nelayan.
"Nelayan akan terhindar dari musibah. Daripada nambah lebih besar lagi [jika terjadi kecelakaan]," ujarnya.