Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Juni 2019 Bukan Prestasi

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri menyatakan surplus neraca perdagangan Juni 2019 tidak sehat karena surplus ditopang oleh penurunan impor yang lebih besar ketimbang penurunan ekspor.
Kegiatan bongkar muat perdana di Makassar New Port, Sulawesi Selatan, Kamis (10/1/2019). Pelindo IV Makassar memulai kegiatan bongkar muat di Makassar New Port (MNP) Tahap I./ANTARA-Yusran Uccang
Kegiatan bongkar muat perdana di Makassar New Port, Sulawesi Selatan, Kamis (10/1/2019). Pelindo IV Makassar memulai kegiatan bongkar muat di Makassar New Port (MNP) Tahap I./ANTARA-Yusran Uccang

Bisnis.com, JAKARTA – Pencatatan surplus neraca dagang Juni 2019 dinilai bukan prestasi karena lebih rendah dari bulan sebelumnya dan diikuti porsi penurunan impor sampai 20,70 persen.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri menyatakan surplus neraca perdagangan Juni 2019 tidak sehat karena surplus ditopang oleh penurunan impor yang lebih besar ketimbang penurunan ekspor.

“Jadi kalau surplus yang baik itu ditopang oleh kenaikan ekspor yang lebih besar. Sementara ini dua-duanya turun. Artinya ini kinerja perdagangan kita memburuk,” papar Ahmad Heri kepada Bisnis, Senin (15/7/2019).

Menurut dia, impor yang turun pada Juni 2019 sebesar 20,70 persen dari Mei 2019 menandakan berkurangnya permintaan dalam negeri baik. Penurunan permintaan bersumber dari barang konsumsi, bahan baku, maupun barang modal.

“Ketiganya ini mencerminkan penurunan dan yang lebih tajam lagi adalah penurunan barang konsumsi,” ungkap Heri.

Badan Pusat Statistik merilis (BPS) data ekspor Juni 2019 yang menurun 20,54 persen dari Mei 2019 akibat penurunan ekspor non migas dan ekspor migas.

Kepala BPS Suhariyanto menyebut penurunan ekspor ini setara dengan US$14.825,2 juta menjadi US$11.779,8 juta. Dia menyebut jika dibandingkan Juni 2018, ekspor menurun 8,98 persen.

Surplus Juni 2019 Bukan Prestasi

Sumber: BPS

Suhariyanto menyebut penurunan ekspor migas terjadi sebesar 19,39 persen yaitu dari US$13.688,4 juta menjadi US$11.033,6 juta. Demikian juga ekspor migas menurun 34,36 persen dari US$1.136,8 juta menjadi US$746,2 juta.

Menurutnya, penurunan ekspor migas disebabkan oleh penurunan ekspor minyak mentah 14,35 persen menjadi US$143,8 juta dan ekspor gas turun 49,70 persen menjadi US$447,9 juta.

Sementara itu ekspor hasil minyak naik 97,05 persen menjadi US$154,5 juta. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia periode Januari-Juni mencapai US$80,32 miliar atau 8,57 persen dibanding periode yang sama tahun 2018. Demikian juga ekspor kumulatid non migas mencapai US$74,21 miliar atau menurun 6,54 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper