Bisnis.com, JAKARTA - Pejabat Federal Reserve (The Fed) melontarkan komentar terkait nasib suku bunga acuan ke depan. Bagaimana dampaknya ke mata uang dolar AS, yuan, yen, hingga rupiah?
Dolar AS telah kembali menguat setelah memperoleh sedikit kenaikan setelah sebelumnya mengalami kerugian akibat spekulasi terbaru suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) tahun ini. Namun, diketahui bahwa Yuan dan Yen makin melesu.
Yuan di luar negeri semakin melemah dari level tertingginya dalam lebih dari tiga bulan pada minggu lalu. Mata uang tersebut dibantu oleh harapan stimulus kebijakan lebih lanjut dari China untuk menopang perekonomiannya.
Sementara itu, yen juga melemah menuju level 155 per dolar AS dan dan menjaga risiko intervensi dari Tokyo tetap tinggi. Yen terakhir sedikit berubah pada 154,75 per dolar AS, menjauh dari puncaknya di 151,86 pada minggu lalu karena dugaan intervensi dari otoritas Jepang untuk menopang penurunan mata uang.
Analis menuturkan bahwa intervensi apapun dari Tokyo hanya akan memberikan kelonggaran sementara bagi yen. Hal ini menimbang perbedaan suku bunga yang mencolok antara AS dan Jepang yang masih ada.
Gubernur bank sentral Jepang Kazuo Ueda juga mengatakan pada Rabu (8/5/2024) bahwa bank sentral akan menelusuri dampak pergerakan yen terhadap inflasi dalam memandu kebijakan moneter.
Baca Juga
Menteri Keuangan negara tersebut Shunichi Suzuki mengulangi peringatan bahwa pihak berwenang siap untuk merespons pergerakan yang sangat fluktuatif di pasar mata uang.
“Jika kita melihat kenaikan tajam dan tiba-tiba dalam dolar AS /yen maka saya memperkirakan mereka akan masuk ke pasar untuk mendukung yen. Namun jika kita terus melihat kenaikan bertahap, saya ragu mereka akan ikut serta. tapi jelas ada risikonya," jelas ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong, seperti dikutip dari Reuters pada Rabu (8/5).
Komentar Pejabat The Fed
Sebelumnya, Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan pada Selasa (7/5) bahwa terlalu dini untuk menyatakan bahwa inflasi telah terhenti. Hal ini tidak banyak mempengaruhi perkiraan pasar untuk penurunan suku bunga.
Lalu, Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin pada Senin (6/5) juga memperkirakan suku bunga yang tinggi akan memperlambat perekonomian dan menurunkan inflasi ke target bank sentral. Namun, ia memandang bahwa dampak penuh dari kebijakan tersebut belum terlihat.
Para analis kemudian memperkirakan bank sentral akan membuka opsi untuk menurunkan suku bunga pada awal Juni 2024.
Untuk mata uang Tanah Air, berdasarkan data Bloomberg, Rupiah telah melemah -0,26% terhadap dolar ke level Rp16.088,5 pada pukul 09.17 WIB.
Yen kemudian juga terpantau melemah -0,29% terhadap dolar pada pukul 09.17 WIB di level 155,1400. Yuan juga melemah terhadap greenback sebesar -0,08% pada pukul 09.18 WIB di level 7,2241.