Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini Senin (15/7/2019) akan mempublikasi data neraca perdagangan (ekspor-impor) dan data ekonomi Juni 2019. Neraca perdagangan semester I/2019 diperkirakan defisit di atas US$1,5 miliar, selam Januari-Mei neraca perdagangan posisinya defisit US$2,13 miliar. Simak live streamingya dari akun Youtube BPS Statistic di atas.
Ada empat data perekonomian yang akan dipublikasikan BPS, yaitu:
(1) Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Juni 2019,
(2) Perkembangan Upah Pekerja/Buruh Juni 2019,
(3) Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2019, dan
(4) Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Indonesia Maret 2019
Bahan bakar mineral dan lemak-minyak hewan (nabati) mendominasi ekspor Januari-Juni 2019 dengan menguasai 26,22% nilai ekspor yati US$19,46 miliar.
Jawa Barat, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Riau, dan Banten menjadi lima provinsi dengan nilai ekspor terbesar. Kontribusi ekspor lima provinsi itu mencapai 54% tepatnya 53,93% dari total ekspor nasional.
Provinsi | Nilai Ekspor | Pangsa |
Jawa Barat | US$14,5 miliar | 18,05% |
Jawa Timur | US$9,24 miliar | 11,5% |
Kalimantan Timur | US$8,35 miliar | 10,4% |
Riau | US$5,71 miliar | 7,10% |
Banten | US$5,52 miliar | 6,88% |
JUMLAH | US$43,32 miliar | 53,93% |
Eskpor industri pengolahan Januari-Juni 2019 naik 3,13 poin dibandingkan dengan Januari-Juni 2019.
Sementara itu, impor bahan baku/penolong turun tipis 0,08 poin dari 75,06% selama Januari-Juni 2018 menjadi 74,98% selama Januari-Juni 2019. Namun, impor barang modal naik 0,25 poin pada periode yang sama.
Berikut struktur ekspor dan impor selama semeter I/2019.
Penurunan terbesar ekspor nonmigas Juni 2019 terhadap Mei 2019 terjadi pada bahan bakar mineral sebesar US$336,9 juta (16,31 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada perhiasan/ permata sebesar US$368,1 juta (88,66 persen).
Berikut data lengkap neraca perdagangan Januari-Juni 2019 berdasarkan kategori migas dan non migas.
Pada Maret 2019, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,382. Angka ini menurun 0,002 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio September 2018 yang sebesar 0,384 dan menurun 0,007 poin dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2018 yang sebesar 0,389.
Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2019 tercatat sebesar 0,392, naik dibanding Gini Ratio September 2018 yang sebesar 0,391 dan turun dibanding Gini Ratio Maret 2018 yang sebesar 0,401.
Gini Ratio di daerah perdesaan pada Maret 2019 tercatat sebesar 0,317, turun dibanding Gini Ratio September 2018 yang sebesar 0,319 dan Gini Ratio Maret 2018 yang sebesar 0,324.
Berdasarkan ukuran ketimpangan Bank Dunia, distribusi pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah adalah sebesar 17,71 persen. Hal ini berarti pengeluaran penduduk pada Maret 2019 berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah. Jika dirinci menurut wilayah, di daerah perkotaan angkanya tercatat sebesar 16,93 persen yang berarti tergolong pada kategori ketimpangan sedang. Sementara untuk daerah perdesaan, angkanya tercatat sebesar 20,59 persen, yang berarti tergolong dalam kategori ketimpangan rendah.
Angka kemiskinan Maret 2019 mencapai 9,41 persen atau mencapai 25,14 juta orang.
Angka kemiskinan tersebut turun 0,25 poin dibandingkan angka kemiskinan September 2018 yang mencapai 9,66%.
Dalam periode September 2018 dibanding Maret 2019, terjadi penurunan penduduk miskin sebanyak 530.000 orang.
Upah nominal harian buruh tani nasional pada Juni 2019 naik sebesar 0,18 persen dibanding upah buruh tani Mei 2019, yaitu dari Rp54.056,00 menjadi Rp54.152,00 per hari. Upah riil mengalami penurunan sebesar 0,39 persen.
Upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada Juni 2019 naik 0,05 persen dibanding upah Mei 2019, yaitu dari Rp88.664,00 menjadi Rp88.708,00 per hari. Upah riil mengalami penurunan sebesar 0,50 persen.
Impor bulan Juni 2019 mencapai US$11,58 miliar, sedangkan ekspornya mencapai US$11,78 miliar. Dengan demikian, terjadi suprlus neraca perdagangan US$0,2 miliar.
Surplus itu hanya sedikit meredam defisit neraca perdagangan yang sudah mencapai US$2,13 miliar selama Januari-Mei 2019. Dengan kata lain defisit neraca perdagangan selama Januari-Juni atau semester I/2019 mencapai US$1,93 miliar.
Ekspor-Impor Januari-Juni 2019 (US$ Miliar)
Bulan | Ekspor | Imnpor | +/- |
Januari | 13,93 | 14,99 | -1,06 |
Februari | 12,56 | 12,23 | +0,33 |
Maret | 14,12 | 13,45 | +0,67 |
April | 13,11 | 15,4 | -2,29 |
Mei | 14,83 | 14,61 | 0,22 |
Juji | 11,78 | 11,58 | +0,2 |
TOTAL | 80,32 | 82,25 | -1,93 |
Sumber: BPS
Nilai Ekspor Januari-Juni 2019 mencapai US$80,23 miliar turun 8,57 persen dibandingkan Januari-Juni 2018 yang mencapai US$87,86 miliar.
Walaupun diprediksi neraca perdagangan Juni diprediksi surplus, hal itu belum mampu menutupi defisit neraca perdagangan semester I/2019.
Berdasarkan data BPS, nilai ekspor selama Januari-Mei 2019 mencapai US$68,54 miliar, sedangkan impornya US$70,67 miliar.
Dengan kata lain, selama Januari-Mei terjadi defisit neraca perdagangan US$2,13 Miliar.
Kalau prediksi surplus sekitar US500 juta itu benar, maka masih terjadi defisit neraca perdagangan sekitar US$1,6 Miliar.
Ekspor-Impor Januari-Mei 2019 (US$ Miliar)
Bulan | Ekspor | Imnpor | +/- |
Januari | 13,93 | 14,99 | -1,06 |
Februari | 12,56 | 12,23 | +0,33 |
Maret | 14,12 | 13,45 | +0,67 |
April | 13,11 | 15,4 | -2,29 |
Mei | 14,83 | 14,61 | 0,22 |
TOTAL | 68,54 | 70,67 | -2,13 |
Sumber: BPS
Neraca perdagangan Juni diperkirakan surplus US$500 juta sampai US$687juta terdorong oleh musim libur dan kinerja impor melambat.
Josua Pardede, Ekonom PT Bank Permata Tbk. mengatakan bahwa neraca perdagangan akan mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat surplus US$210 juta. Selengkapnya...