Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Proyeksi Pembelian Rumah Menurun, Pengembang Tetap Optimis

Survei menunjukkan bahwa indeks responden yang berencana menempatkan kelebihan pendapatannya dalam bentuk tabungan atau deposito meningkat dari 43,8% pada bulan sebelumnya menjadi 46,0%.
Foto ilustrasi perumahan. / Bisnis Rahman
Foto ilustrasi perumahan. / Bisnis Rahman

Bisnis.com, JAKARTA - Berdasarkan Survei Konsumen BI terkait Rencana Penempatan kelebihan Pendapatan dan Pembelian atau Pembangunan Rumah menunjukkan bahwa Produk perbankan tabungan dan deposito dan produk perhiasan menjadi referensi utama dibandingkan investasi pada sektor properti.

Survei menunjukkan bahwa indeks responden yang berencana menempatkan kelebihan pendapatannya dalam bentuk tabungan atau deposito meningkat dari 43,8% pada bulan sebelumnya menjadi 46,0%.

Sementara itu, tingkat preferensi responden yang memilih penempatan dalam bentuk properti menurun dari 24,0% pada bulan sebelumnya menjadi 21,6%. Di sisi lain, jumlah responden yang menyatakan sangat mungkin untuk membeli atau membangun rumah dalam 12 bulan mendatang menurun dari 7,5% menjadi 6,7%.

Adapun jumlah respoden yang menyatakan kemungkinan membeli atau akan membangun rumah dalam 12 bulan mendatang juga menurun dari 28.8% menjadi 28,2%.

Sekjen DPP REI Paulus Totok Lusida mengatakan bahwa keadaan pasar property saat ini tidak sebanding lurus dengan hasil survei BI.

"Sekarang ini justru omset di properti meningkat, sejak setelah pemilu, lebaran, dan kebijakan pemerintah, saat ini sudah mulai bergairah semua," tuturnya  kepada Bisnis Senin (8/7/2019).

Menurutnya, pascapemilihan presiden, pasar di sektor properti memberikan tanggapan positif termasuk adanya kebijakan-kebijakan PPh dan Pnbm yang memberikan stimulus yang baik di pasar.

"Stimulus ini akan maksimal jika pelaporan SPT online milik konsumen terlaporkan, pembelian properti baru dapat dilakukan jika SPT online sudah terlaporkan dengan baik sehingga lolos validasi," ujarnya.

Direktur Ciputra Harun Hajadi mengatakan walaupun pajak investasi pada sektor properti hanya 2,5% dari nilai transaksi, karakteristik sektor properti tidak likuid. Sementara itu, lanjutnya, investasi pada tabungan, deposito, dan emas memiliki resiko yang lebih aman dan likuid.

"Saya memprediksi justru pemerintah dan BI sedang mengusahakan menambah likuiditas di pasar. Pemerintah sedang berusaha menghindari ketatnya likuiditas. Kita lihat coba hasilnya bagaimana," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Putri Salsabila
Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper