Bisnis.com, JAKARTA - Pembebasan tanah light rail transit (LRT) Jabodetabek Fase I ditargetkan tuntas akhir Juli untuk mengejar jadwal pengoperasian pada 2021. Saat ini, rerata akuisisi lahan proyek strategis nasional senilai Rp22,8 triliun itu sekitar 70% dari total kebutuhan.
Target itu ditetapkan sesuai kesepakatan antarmenteri dalam rapat tentang LRT Jabodetabek di kantor Kemenko Maritim, Selasa (2/7/2019).
Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil yang menghadiri rapat itu mengatakan bahwa lahan yang belum sepenuhnya berhasil diakuisisi a.l. di Bekasi Timur untuk depo, Cibubur untuk stasiun, dan beberapa titik sepanjang pembangunan jalur LRT.
Menurut dia, pembebasan lahan terganjal sejumlah masalah a.l. dokumen warga yang tidak lengkap, tanah warisan, keberatan pemilik tanah.
Belum lagi keharusan verifikasi oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN). Beberapa kasus keberatan terpaksa diselesaikan melalui konsinyasi.
"Pak Menko [Maritim] menginginkan semua sesuai schedule sehingga semua orang bisa bekerja bersama," ujar Sofyan seusai rapat.
Khusus depo di Bekasi Timur dengan kebutuhan lahan 10,5 hektare, dia menyebutkan akuisisi sudah sekitar 80%. Sisanya masih dipertahankan warga yang belum menyepakati besaran ganti rugi.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pemerintah akan mengintensifkan penyelesaian pembebasan tanah sehingga proyek LRT bisa berjalan.
Pembangunan LRT Jabodebek Fase I membentang dari Cibubur-Cawang, Bekasi Timur-Cawang, hingga Cawang-Dukuh Atas., sepanjang 44,3 km. Perkembangan pembangunan proyek yang dimulai sejak September 2015 ini lamban karena terganjal pembebasan lahan.