Bisnis.com, JAKARTA - PT Adaro Power menetapkan masa uji coba proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Papua selama 6-12 bulan sebelum memutuskan untuk melanjutkannya pada skala yang lebih besar.
Wakil Wakil Presiden Direktur Adaro Power Dharma Djojonegoro mengatakan pihaknya bekerja sama dengan dua mitra, salah satunya dari Hongkong, dalam perusahaan patungan (joint venture/JV company) yang dibentuk untuk proyek tersebut. Pihaknya memiliki saham 25%.
"Uji coba 6-12 bulan untuk melihat bagaimana dari sisi teknologi, legal, dan komersial. Kalau berhasil ya roll out," ujarnya.
Untuk masa uji coba tersebut, PLTS akan dipasang pada 10 sampai 15 desa di 5 Kabupaten di Papua dengan kapasitas antara 50 kilowatt peak (kWp) sampai 100 kWp. Adapun jumlah masyarakatnya berkisar antara 300-500 kepala keluarga.
Nantinya, sistem jaringan yang dipakai bersifat tertutup atau offgrid. Pasalnya, target desa yang akan dilistriki belum tersambung dengan jaringan listrik PT PLN (Persero).
Investasi untuk proyek uji coba tersebut diperkirakan senilai US$3 juta hingga US$5 juta. Kebutuhan tersebut termasuk biaya survei dan pengadaan alat.
Dharma mengaku pembahasan proyek tersebut belum sampai pada tarif. Yang jelas, pihaknya akan berpatokan biaya yang biasa dikeluarkan untuk genset.
Dia menjelaskan kompetisi PLTS di Papua kebanyakan dengan genset pribadi. Menurutnya, harga listrik dari genset dengan skala rumahan bisa mencapai 50 sen dolar per kilowatt hour (kWh).
"Sejauh ide kami belum masuk ke detail tarif karena masih fokus pada ide. Tapi pada titik tertentu kita harus berpikir juga bisa tidak harga listrik dari PLTS bisa semakin kompetitif," ujarnya.
Selain mengembangkan PLTS untuk kebutuhan masyarakat Papua, Adaro Power juga telah memiliki PLTS dengan kapasitas 100 kWp di Kelanis, Kalimantan Tengah. PLTS tersebut saat ini dipakai untuk memasok kebutuhan listrik perusahaan.
Dharma mengatakan dalam waktu 1-2 bulan ke depan pihaknya akan menambah kapasitas PLTS di Kelanis sebesar 30 kWp. Selain itu, tengah disiapkan juga PLTS terapung untuk di pasang di danau yang berada di wilayah yang sama.
Selain di Papua dan Kalimantan, Adaro juga telah menjajaki beberapa lelang dari PLN, termasuk PLTS di Sumatra yang telah lolos prakualifikasi (PQ). Hanya saja, hingga saat ini belum ada kepastian apakah proses lelang tersebut akan dilanjutkan atau tidak.
"Sumatra itu sudah hampir 2 tahun lalu, masih nunggu proses dari PLN," katanya.
Tidak hanya di dalam negeri, Adaro Power juga membuka peluang untuk masuk dalam proyek-proyek pembangkit di luar negeri. Dharma menilai beberapa negara, khususnya Asia, memiliki pertumbuhan konsumsi listrik yang cukup signifikan.
"Banyak yang lagi growing seperti Myanmar, Bangladesh, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Kalau kerja sama, kita masif prefer dengan swasta dulu," tuturnya.