Bisnis.com, JAKARTA - Konsep ekonomi berbagi telah mengubah dan membongkar tatanan dunia. Mulai dari layanan transportasi, ruang kerja hingga hiburan online, telah mengubah gaya hidup masyarakat saat ini.
Konsep co-living atau berbagi ruang hidup semakin popular di kalangan milenial. Ada dua hal yang membuat konsep ini menjadi popular yakni keterjangkauan dan komunitas.
Milenial dengan dana yang terbatas dan ingin menabung akan sangat tertolong dengan konsep co-living. Konsep ini menawarakan solusi yang murah dan lebih terjangkau bagi milenial yang ingin memiliki hunian sendiri.
Berdasarkan laporan terbaru Jones Lang LaSalle (JLL), perusahaan riset dan manajemen properti global, menyebutkan bahwa cepatnya proses urbanisasi mengubah cara huni dan tempat tinggal manusia.
Penerimaan masyarakat terhadap prinsip ekonomi saling berbagai (shared economy) berhasil menjadikan sektor kehidupan sebagai pendorong pengembangan alternative hunian.
“Kami melihat makin intensifnya permintaan terhadap alternatif pilihan hunian yang terjangkau di seluruh kota-kota Asia Pasifik,” tutur Rohit Hemnani, COO and Head of Alternatives Capital Markets JLL Asia Pacific dikutip, Kamis (20/6/2019).
Menurutnya, populasi anak muda yang besar serta proses urbanisasi di Indonesia yang sangat cepat mendorong terjadinya pertumbuhan permintaan untuk model hunian co-living.
Selain itu, hunian co-living juga menjadi bentuk hunian modern yang mana setiap penghuni diminta untuk berbagi ruang dan fasilitas, serta juga berbagi minat, keterampilan, sumber daya, nilai, dan impian mereka dengan orang-orang inspirasional lainnya.
Di sisi lain, Perusahaan penyedia ruang kerja bersama (co-working space) terbesar di Indonesia Cohive mulai berekspansi ke bisnis properti hunian dengan menghadirkan produk CoLiving pertamanya di Tower Crest West Vista, Jakarta Barat.
"CoHive menawarkan gaya hidup perkotaan berfasilitas lengkap dengan harga terjangkau. CoHive menyediakan lingkungan tempat tinggal yang mendorong terciptanya kolaborasi diantara para anggotanya melalui berbagi ruang komunal," tutur Jason Lee CEO Cohive kepada Bisnis.
Jason menuturkan bahwa proyek CoLiving ini adalah hasil dari kerja sama antara keppel Land Indonesia dan Cohive. Gedung pertamanya terdiri dari 64 kamar dengan luas total 2.800 meter persegi yang diisi dengan kamar berukuran studio serta two bedroom.
Fasilitas yang ditawarkan CoLiving pertamanya ini selain hunian dan working space area yakni common room, ruang dapur bersama, laundry room dan teater room.
Harga yang ditawarkan cukup terjangkau, yakni untuk ukuran studio, co-living ini dibandrol seharga Rp3 juta per bulan, kemudian untuk CoLiving dengan ukuran two bedroom seharga Rp6 jutaan.
Jason Lee yakin tren dan gaya hidup milenial akan semakin bergeser ke gaya hidup CoLiving. Pasalnya, menurutnya, jiwa milenial ingin hidup dan tinggal di kota dengan berbagai kemudahan tanpa biaya yang mahal.
Adapun berdasarkan hasil riset Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia, CoHive mendominasi pasar industri penyewaan perkantoran atau co-working pada 2019 dengan market share sebanyak 26%.
Selain itu, pada tahun ini CoHive (co-working space) akan melanjutkan ekspansinya di sembilan lokasi baru di wilayah Jakarta, Bandung, Suraba dan Makassar, disusul ekspansi ke Depok pada 2020.