Bisnis.com, JAKARTA – Batu bara masih mendominasi bauran energi untuk pembangkit listrik secara global dengan porsi sebesar 38 persen dari total energi yang digunakan.
Berdasarkan laporan yang dirilis British Petroleum edisi ke-68 tahun 2019, jumlah pembangkit listrik global mengalami kenaikan 3,7 persen pada 2018, di atas rata-rata tahunan.
China, India, dan Amerika Serikat menjadi tiga negara penyumbang pertumbuhan pembangkit listrik terbesar di dunia. Bahkan, China menyumbang lebih dari setengah pertumbuhan.
Raksasa perusahaan minyak dan gas bumi yang berkantor pusat di London ini juga merilis, pada 2018, pemanfaatan energi baru terbarukan untuk pembangkitan mengalami penigkatan lebih besar dibanding baru bara dengan gas.
Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan yakni sepertiga dari total pertumbuhan pembangkitan, diikuti batu bara sebesar 31 persen dan gas 25 persen.
Meski demikian, porsi energi batu bara untuk pembangkitan masih menjadi penyumbang terbesar yakni sebesar 38 persen. Porsi energi baru terbarukan dalam pembangkit listrik meningkat 0,9 poin dari tahun sebelumnya sebesar 8,4 persen menjadi 9,3 persen pada 2018.
Kepala Ekonom BP Spencer Dale mengatakan realisasi ini tidak sejalan dengan tantangan dunia terhadap perubahan iklim. Secara global, energi terbarukan tumbuh sebesar 14,5 persen, hampir mendekati pencapaian 2017.
Sementara itu, konsumsi batu bara tumbuh 1,4 persen dan produksi naik 4,3 persen atau meningkat selama dua tahun berturut-turut dibanding tiga tahun sebelumnya yakni 2014 hingga 2016 yang mengalami penurunan.
“Dunia berada di jalur yang tidak berkelanjutan,” katanya seperti dikutip dalam rilis, Rabu (12/6/2019).
Bob Dudley, kepala eksekutif grup BP, mengatakan apabila emisi karbon terus mengalami peningkatan, semakin sulit dan lebih mahal biaya yang dieluarkan untuk mengatasi perubahan iklim.
“Seperti yang saya katakan sebelumnya, ini bukan perlombaan untuk energi terbarukan, tetapi perlombaan untuk mengurangi emisi karbon di berbagai bidang,” katanya.