Bisnis.com, JAKARTA -- Berdasarkan Centa City Leading Index Kenaikan Harga properti di Hong Kong kembali memecahkan rekor sebelumnya sebagai kota yang mengalami kenaikan harga properti tertinggi sebanyak 8,6% sejak Januari lalu. Saat ini Hong Kong berada pada level 189,42.
Laporan CBRE Group Inc. mengemukakan bahwa kota ini memiliki harga rumah rata-rata tertinggi berkisar mencapai US$1,2 juta, serta harga properti utama rata-rata tertinggi mencapai US$6,9 juta. Empat negara lainnya setelah Hong Kong yang memiliki harga properti rata-rata tertinggi adalah SIngapura, Shanghai,Vancouver dan Shenzhen.
Sementara Hong Kong mencatat sebanyak 17.790 proyek perumahan swasta selesai tahun lalu. Pasokan tersebut masih tidak cukup bila dibandingkan dengan permintaan pasar dan ukuran kota serta populasi sebanyak 7,4 juta dan tanah yang terbatas dan sesuai untuk penggunaan perumahan.
Berdasarkan laporan Colliers internasional menyebutkan pasar properti di Indonesia masih terkonsentrasi di dua kota besar yakni Jakarta dan Surabaya.
Managing Director of Valuation and Advisory Services Asia Colliers Internasional, David Faulkner, mengatakan bahwa investasi dari dalam negeri dan luar negeri terus meningkat seiring perubahan kebijakan pemerintah. Pertumbuhan investasi antarwilayah dan fokus investasi di dalam kawasan Asia, telah membuat negara-negara ASEAN menarik perhatian dari investor luar negeri khususnya dari Asia Utara.
“Investor juga berhati-hati dalam bertindak sebelum menentukan apakah pasar baru ini termasuk bernilai dalam menambah portofolio investasi,” katanya.
Di Indonesia,Tingkat kenaikan sewa properti masih tumbuh sekitar 6-10%, lebih tinggi dari negara-negara lain yang hanya bertumbuh antara 5% hingga 8% terlebih didukungnya pembangunan infrastruktur yang menjadi fokus utama pemerintah saat ini. Hal ini menciptakan peluang untuk pembangunan berkonsep transit oriented development dan juga kawasan industri.
Sementara itu, menjawab ketidakpastian pascapemilu, event lima tahunan tersebut diyakini akan memiliki dampak yang minim untuk jangka menengah pada pelaksanaan infrastruktur dan profitabilitas kontraktor, sebab anggaran pada 2019 akan memprioritaskan pembangunan tersebut.
Head of Marketing Rumah.com Ike Hamdan mengatakan bahwa secara jangka panjang pertumbuhan pasar properti di Indonesia akan tetap tumbuh dan tidak berdampak dari ketidakpastian pasca pemilu.
"Mengacu pada pertumbuhan properti dalam jangka panjang pasar akan tetap menyerap karena demand kita tetap tinggi yakni para generasi milenial yang cuku[ banyak dibandingkangenerasi milenial di negara lain, akan tetap memiliki sentimen positif," tuturnya pada Bisnis Minggu (9/6/2019).
Ike menuturkan bahwa berdasarkan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan pertama tahun ini naik tipis sebesar 0,49% (qoq) ke level 208,37. Pertumbuhan harga properti residensial ini lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang hanya 0,35%.
Ia mengatakan bahwa Surabaya, Manado, dan Makassar memegang indeks tertinggi masing-masing pada level 344,43; 328,77;314, 42. Selain itu Medan dan Banjarmasin mengalami pertumbuhan rata-rata tertinggi masing-masing sebesar 3,54 dan 3,18.
Lanjutnya, BI memprediksi pada triwulan selanjutnya meningkat sebesar 0,52% secara kuartalan ke level 209,46. Hal tersebut didorong kenaikan harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja.
"Kenaikan harga rumah tipe kecil dan menengah merupakan kontributor utama terhadap kenaikan IHPR pada kuartal I/2019 mencapai 0,72% secara kuartal," ujarnya.
Kenaikan harga rumah tipe kecil tersebut, lanjut Ike, lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga rumah tipe menengah sebesar 0,6% dengan IHPR 205,21. Adapun kenaikan harga pada rumah tipe besar hanya 0,2% dengan IHPR 175,83.
BI memproyeksi kenaikan harga rumah tipe kecil pada kuartal II/2019 akan melambat menjadi 0,7%. Untuk tipe rumah menengah, kenaikan harganya juga akan melambat menjadi 0,51%. Sementara itu, kenaikan harga rumah tipe besar pada kuartal II 2019 justru diperkirakan lebih tinggi daripada kuartal I 2019, yakni 0,35%.