Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian ESDM memastikan ada tambahan tiga unit smelter baru yang beroperasi tahun ini. Jumlah tersebut lebih banyak dari proyeksi pada akhir tahun lalu, yakni dua unit saja.
Pertama, smelter nikel milik PT Antam Tbk. yang berlokasi di Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara. Smelter tersebut akan memurnikan bijih nikel menjadi feronikel (FeNi) dengan kapasitas input sebanyak 1.219.945 ton bijih nikel untuk menghasilkan 64.655 ton Feni dengan kadar nikel di atas 15%.
Smelter nikel lainnya yang akan beroperasi tahun ini milik PT Wanatiara Persada yang berlokasi di Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Saat beroperasi, smelter tersebut akan menggunakan empat line system rotary kiln electricfFurnace (RKEF) untuk memurnikan 2.200.000 ton bijih nikel menjadi 200.000 ton FeNi dengan kadar nikel di atas 15%.
Smelter ketiga yang akan beroperasi tahun ini adalah smelter timbal yang dibangun PT Kapuas Prima Citra di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Smelter tersebut akan memurnikan 36.000 ton konsentrat timbal yang dapat memproduksi 22.000 ton bullion timbal.
Adapun smelter tersebut merupakan salah satu pionir industri pemurnian timbal di Indonesia dan diharapkan dapat mendorong perkembangan industri berbasis mineral timbal dan seng.
Secara keseluruhan, sudah ada 27 smelter yang terbangun. Mayoritas merupakan smelter nikel dengan jumlah 17 unit.
Sementara itu, ada 30 smelter lagi, yang juga didominasi oleh nikel, yang ditargetkan rampung pada 2022. Dengan demikian, bersamaan dengan ditutupkan keran ekspor mineral yang belum dimurnikan, sebanyak 57 smelter diharapkan sudah beroperasi di Indonesia.
"Harapannya pada 2022 bisa terbangun 57 smelter seiring dengan berhentinya ekspor mineral yang belum dimurnikan," tutur Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak, baru-baru ini.