Bisnis.com, JAKARTA - Perang dagang antara China dan Amerika Serikat sedikit banyak bisa berdampak pada kinerja segmen pestisida dan pupuk PT BISI International Tbk.
Sebagai catatan, emiten berkode saham BISI mengalami penurunan penjualan pestisida hingga 15% pada 2018 menjadi Rp666 milliar. Padahal berdasarkan laporan keuangan 2017, komponen penjualan pestisida dan pupuk mencapai Rp789,96 miliar naik 14,75% year on year.
Penurunan tersebut berimplikasi pada pendapatan setahun perseroan yang terkontraksi menjadi Rp2,2 triliun dibandingkan dengan periode sebelumnya Rp2,3 triliun. Pasalnya, kontribusi penjualan pestisida kepada perseroan mencapai 35%--45%.
Penurunan penjualan pestisida itu menghalangi perseroan untuk mencapai target pertumbuhan hingga 20%. Pada 2018, BISI memproyeksikan pendapatan sebesar Rp2,77 triliun atau naik sebesar 20% year on year.
Direktur Utama Bisnis International Jemmy Eka Putra mengungkapkan turunnya kinerja penjualan pestisida karena cuaca yang panas, sehingga petani tidak banyak menggunakan pestida.
"Karena cuaca yang panas, hama penyakit jadi berkurang. Dengan begitu penggunaan pestisida juga berkurang," katanya pada Selasa (28/5).
Selain itu, kontraksi segmen pestisida pun disebabkan oleh kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dollar yang membuat bahan baku utama ikut naik. Pasalnya bahan baku pestisida 100% impor. Akibatnya banyak distributor yang mengurangi permintaan.
Akan tetapi dengan terpantiknya perang dagang antara China dan Amerika Serikat bisa jadi berimbas baik pada perseroan. Pasalnya pestisida termasuk barang yang dikenakan hambatan impor.
"Berkaitan perang dagang secara langsung tidak banyak pengaruhnya. Benih juga tidak termasuk dalam perang dagang, tapi ada pestisida masuk list. Kalau terhambat ekspor harga pestisida bisa tidak naik, suplai pun bisa lebih baik dibandingkan tahun lalu," pungkasnya.