Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengadakan kunjungan kerja ke Jepang dalam rangka memperkuat industri baja dan kimia hulu di dalam negeri. Dalam kunjungan selama 28—31 Mei 2019 itu, Airlangga akan bertemu dengan direksi Sojitz Corporation, Nippon Steel, Fujitrans, dan asosiasi pelaku industri Jepang—Keidanren.
Chairman Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) Silmy Karim menyampaikan bahwa asosiasi belum mendapatkan informasi mengenai rencana ekspansi lanjutan oleh anak usaha Nippon Steel di dalam negeri yaitu PT Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS) pada tahun ini.
Namun demikian, Silmy mengutarakan, perlu ada dukungan pemerintah terkait dengan penggunaan produk baja dalam negeri.
“Mungkin [pertemuan Kemenperin dengan Nippon Steel] itu berkaitan dengan investasi Nippon Steel di Indonesia. KNSS itu dibentuk untuk memenuhi kebutuhan [industri] otomotif [di dalam negeri],” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (28/5/2019).
Sebagai Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., Silmy menuturkan bahwa pasar domestik membutuhkan HRC dan pelat besi sekitar 4 juta ton per tahun, sedangkan perseroan akan mampu memproduksi kedua produk tersebut sekitar 3,9 juta ton pada akhir tahun ini. Di sisi lain, secara konsolidasi, perseroan dapat memproduksi total baja canai panas (hot rolled coil/HRC) dan pelat besi sejumlah 5,4 juta ton dengan tambahan dari pabrik baru PT Krakatau Posco sebanyak 1,5 juta ton.
Dengan kata lain, lanjutnya, ada potensi ekspor sejumlah 1,4 juta ton pada tahun depan. Adapun, sambungnya, perseroan juga telah menyiapkan pembangunan pabrik HRC lainnya dengan kapasitas produksi 3 juta ton per tahun.
Perseroan, ujarnya, akan menambah kapasitas produksi pabrik Hot Steel Mill (HSM) II akan bertambah menjadi 3 juta ton per tahun pada 2021. Adapun, fondasi pabrik HSM II disiapkan untuk dapat memproduksi HRC dan pelat besi secara maksimum sebanyak 4 juta ton per tahun.