Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menperin Kunjungi Jepang, Industri Pupuk Tertekan Beban Gas Alam

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengadakan kunjungan kerja ke Jepang dalam rangka memperkuat industri baja dan kimia hulu di dalam negeri. Dalam kunjungan selama 28—31 Mei 2019 itu, Airlangga akan bertemu dengan direksi Sojitz Corporation, Nippon Steel, Fujitrans, dan asosiasi pelaku industri Jepang—Keidanren.
Pabrik Pupuk Indonesia. /Pupuk Indonesia
Pabrik Pupuk Indonesia. /Pupuk Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengadakan kunjungan kerja ke Jepang dalam rangka memperkuat industri baja dan kimia hulu di dalam negeri. Dalam kunjungan selama 28—31 Mei 2019 itu, Airlangga akan bertemu dengan direksi Sojitz Corporation, Nippon Steel, Fujitrans, dan asosiasi pelaku industri Jepang—Keidanren.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) Dadang Heru Kodri berujar bahwa para pelaku industri pupuk kini tertekan tingginya harga gas alam sebagai bahan baku gas methan.

Maka dari itu, lanjutnya, para pelaku terpaksa menggunakan batu bara untuk menghasilkan gas methan melalui proses gasifikasi.

“Produsen pupuk memang masih ada kekurangan pasokan gas bumi, tapi dengan pengaturan jadwal scheduled shutdown diproyeksi produksi akan relatif sama dengan 2018,” paparnya kepada Bisnis, Selasa (28/5/2019).

Berdasarkan catatan APPI, volume pupuk NPK naik 8,86% menjadi 7,4 juta ton dari realisasi tahun sebelumnya sejumlah 6,8 juta ton. Sementara itu, volume pupuk urea turun 3,74% menjadi 3,1 juta ton. Dengan kata lain, produksi pupuk lokal pada tahun ini akan mencapai sekitar 10,5 juta ton.

Di sisi lain, Dadang berpendapat penggunaan batu bara akan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan gas alam. Dari kacamata regulasi, imbuhnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah memasukkan fly dan bottom ash batu bara sebagai limbah berbahaya dan beracun (B3).

“China dan Amerika Serikat semakin mengurangi penggunaan batu bara dengan switch ke gas bumi karena penerpaan industri hijau di masing-masing negara akibat polusi yang dihasilkan dari batu bara sudah mengganggu lingkungan. Dampak jangka panjang juga harus dibuat dengan hati-hati,” paparnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper