Bisnis.com, JAKARTA--Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) ingin agar batu bara dari Indonesia mendapat prioritas dalam kebutuhan impor China.
Adapun APBI sepakat menjalin kerja sama dengan China National Coal Association (CNCA) dalam bentuk nota kesepahaman bersama (memorandum of understanding/MoU) untuk mendukung kegiatan perdagangan dan investasi kedua negara.
Ketua Umum APBI Pandu Sjahrir mengatakan kerja sama APBI dan CNCA berlaku untuk jangka waktu 3 tahun dengan tujuan membangun kerangka kerjasama dalam pertambangan dan pemanfaatan batu bara, pengembangan teknologi lingkungan, dan pertukaran personel antara kedua belah pihak.
APBI dan CNCA juga akan memberikan dukungan bagi kedua pemerintah dalam kerja sama internasional dalam hal aspek keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan.
"Dari sisi ekspor, kita ingin batu bara kita diprioritaskan dan harganya diprioritaskan juga," ujarnya, Jumat (24/5/2019).
Dia mengatakan produksi batu bara nasional ke depan akan dijaga di bawah level 500 juta ton. Dengan kebutuhan domestik yang semakin besar, maka ekspor akan turun.
Baca Juga
Menurutnya, Indonesia tidak mempermasalahkan volume ekspor ke China yang mungkin akan bertahan di level 120 juta-130 juta ton per tahun. Yang penting, ada kepastian pasar di Negeri Tirai Bambu tersebut.
"Lebih ke akses pasar. Oleh karena itu kita mau pererat hubungan kita dengan importir terbesar," tuturnya.
Ekspor Indonesia ke China pada 2018 mencapai sekitar 125 juta ton atau sekitar 25% pangsa ekspor batu bara Indonesia. Sedangkan dari sisi China yang memproduksi lebih dari 3 miliar ton batu bara pada tahun lalu, impor dari Indonesia mencakup sekitar 45 persen dari total impor negara tersebut.