Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mendorong pemanfaatan terak atau ampas bijih (slag) dari hasil pemurnian mineral melalui smelter untuk diolah kembali menjadi bahan baku industri.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan pemerintah tengah mengatur soal pemanfaatan slag dari seluruh smelter yang beroperasi di Indonesia. Dengan demikian, penghiliran mineral logam tidak hanya sebatas produk utama saja, tetapi juga mencakup produk sampingan.
"Kita akan meeting kembali dengan KLHK, Kementerian Perindustrian, juga BUMN untuk membahas rekomendasinya seperti apa," katanya, Selasa (21/5/2019).
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian Harjanto menjelaskan slag bisa diproses kembali menjadi bahan baku industri. Menurutnya, potensi pemanfaatan slag di Indonesia sangat besar.
Dia mengungkapkan slag dari proses pengolahan nikel saat ini sekitar 13 juta ton. Jumlah tersebut bisa membengkak hingga sekitar 60 juta ton seiring dengan banyaknya smelter yang masih dibangun.
"Slag itu bisa buat bahan bangunanatau pengeras jalan. Kalau roadmap hasil pengolahan alumina, slag bisa dimanfaatkan untuk, misalnya di beberapa negara, bahan tekstil," ujarnya.
Menurutya, sebagian slag masih diperlakukan layaknya limbah B3.
Terkait slag sebagai limbah B3, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan pemanfaatannya harus mendapatkan izin dari KLHK. Oleh karena itu, selain mempercepat pemanfaatannya, masalah perizinan juga akan dibahas secara intensif dalam satu pekan ke depan.
Saat ini, sudah ada 27 smelter yang terbangun. Mayoritas merupakan smelter nikel dengan jumlah 17 unit.
Sementara itu, ada 30 smelter lagi, yang juga didominasi oleh nikel, yang ditargetkan rampung pada 2022. Dengan demikian, bersamaan dengan ditutupkan keran ekspor mineral yang belum dimurnikan, sebanyak 57 smelter diharapkan sudah beroperasi di Indonesia.
Salah satu penghasil slag terbesar adalah PT Smelting yang mengolah konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga. Smelter yang berada di Gresik, Jawa Timur, tersebut diperkirakan mampu menghasilkan slag tembaga hingga 805.000 ton pada tahun ini.
Manager General Affair Smelting Sapto Hadi mengatakan selama ini slag tersebut dimanfaatkan kembali untuk industri semen dan beton.