Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CPO Indonesia Lawan Kedelai Brasil dan Argentina Berebut Pasar China

Penurunan permintaan China terhadap kedelai AS berpotensi membuat negara tersebut mengalihkan sumber energi hijaunya ke CPO.
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — Kenaikan tarif impor atas kedelai Amerika Serikat tidak lantas mendorong China menjadikan CPO sebagai subtitusi. Minyak sawit mentah produksi Indonesia masih harus bersaing dengan minyak kedelai produksi Argentina dan Brasil.

Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun mengaku belum terlalu yakin rencana China menaikkan bea masuk dan membatasi impor kedelai dan produk turunannya akan berdampak kepada kenaikan permintaan CPO oleh negara itu.

Dia menduga, saat ini China masih akan berusaha mengalihkan permintaan kedelai dan produk turunannya dari Argentina dan Brasil.

“Kami lihat selama 1—2 pekan ke depan. Kalau sekiranya impor kedelai [China] dari Argentina dan Brasil tidak sesuai dengan kebutuhan China, mereka pasti akan mengalihkannya ke CPO. Sejauh ini, kemungkinan itu masih sangat kecil sehingga harga CPO global masih sangat rendah,” ujarnya, Selasa (14/5/2019).

Ekonom Indef Ahmad Heri Firdaus menyarankan agar pelaku usaha dan pemerintah tidak hanya mengandalkan China sebagai satu-satunya tumpuan ekspor CPO apabila UE menerapkan RED II dan ILUC. Menurutnya, ekspor CPO dan produk turunannya harus dialihkan dan digenjot juga ke negara-negara lain.

“Kalau untuk negara maju selain UE, bisa kita arahkan untuk ekspor produk CPO berbasis energi seperti biofuel. Sementara itu, [untuk ke] negara berkembang atau pasar baru terutama negara berkembang di Afrika dan Amerika Latin, bisa kita arahkan untuk produk campuran makanan dan farmasi,” jelasnya.

Ketua Bidang Perdagangan dan Promosi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Master P. Tumanggor mengatakan pelaku usaha berharap agar penurunan permintaan China terhadap kedelai AS akan membuat negara tersebut mengalihkan sumber energi hijaunya ke CPO.

Dia melihat saat ini negara tersebut sedang berancang-ancang untuk menjadikan CPO sebagai komoditas substitusi minyak kedelai.

“Namun, semua itu belum pasti. Saat ini, kendati ada isu CPO sebagai substitusi minyak kedelai oleh China, kenaikan harga CPO global dalam beberapa hari terakhir tetap tidak terlalu signifikan,” ujarnya.

Dia pun menilai peralihan ekspor CPO Indonesia menuju China dari UE belum tentu akan membantu menyangga kinerja ekspor CPO secara keseluruhan.

Menurutnya, peningkatan konsumsi dalam negeri menjadi salah satu cara jitu untuk menjaga agar harga CPO meningkat. Dengan demikian, Master berharap agar percepatan pemberlakuan biodiesel B30 akan membantu mengangkat harga komoditas itu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper