Bisnis.com, JAKARTA - Penerapan teknologi gasifikasi batu bara rendah kalori untuk menghasilkan bahan baku plastik dinilai memiliki potensi besar. Selain itu, syngas dari proses gasifikasi dapat digunaknan untuk bahan baku menghasilkan amonia.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) Dadang Heru Kodri mengapresiasi pembangunan teknologi gasifikasi tersebut mengingat hasil syngas dari proses gasifikasi dapat digunaknan untuk bahan baku menghasilkan amonia. Syngas tersebut dapat dijadikan sebagai bahan baku alternatif pembuatan amonia dan urea.
Namun demikian, Dadang mengingatkan, penghematan dari pembangunan teknologi gasifikasi tersebut tetap harus dihitung. Menurutnya, dampak lingkungan dari penggunaan teknologi tersebut, biaya investasi , dan biaya penganggulangan limbah menjadi penting.
"Peraturan Pemerintah mengenai fly dan bottom ash yang dikategorikan sebagai limbah B3 juga perlu dipertimbangkan. Dasar utama [pembangunan teknologi tersebut] adalah switching bahan baku kalau sampai gas bumi tidak ada dan atau harga [gas bumi] sangat mahal," jelasnya kepada Bisnis, Rabu (8/5/2019).
Dadang menambahkan, ketersediaan gas bumi sebagai bahan baku pembuatan pupuk memang menjadi tantangan produsen lokal. Alhasil, para produsen mengatur jadwal perbaikan tahunan agar produsen dapat memnuhi kebutuhan, khususnya, pupuk subsidi dan nonsubsidi dan dapat menstok.
Dadang menguraikan target produksi pada tahun ini tidak jauh berbeda dengan volume produksi tahun lalu. Berdasarkan catatan APPI, volume pupuk NPK naik 8,86% menjadi 7,4 juta ton dari realisasi tahun sebelumnya sejumlah 6,8 juta ton. Sementara itu, volume pupuk urea turun 3,74% menjadi 3,1 juta ton.