Bisnis.com, MAMUJU - Kebijakan Uni Eropa yang berupaya melarang penggunaan minyak sawit sebagai biodiesel langsung memberi dampak buruk bagi industri hulu kelapa sawit di Indonesia.
Direksi PT Unggul Widya Teknologi Lestari Mochtar Tanong mengungkapkan upaya Uni Eropa untuk menjegal minyak sawit ke benua biru amat berpengaruh pada jalannya industri dalam negeri. Kendati bukan perusahaan eksportir, lanjutnya, UWTL yang fokus pada pengembangan sisi hulu tetap merasakan dampak negatif.
"Pasalnya harga minyak sawit dalam negeri menjadi tertekan akibat serapan dunia internasional tidak maksimal," katanya, belum lama ini.
Maka itu dia pun mendukung langkah pemerintah untuk mengambil kebijakan retaliasi sebagai aksi balasan guna memberi tekanan balik kepada Uni Eropa.
Akan tetapi, kalau aksi balasan tersebut tidak dilakukan. Maka Mochtar menyarankan agar pemerintah mengoptimalkan program penggunaan minyak sawit mentah sebagai bauran bahan bakar solar sebanyak 20% atau B20.
"Kita fokus saja ke porgram biodiesel. Kalau bahkan nanti B50, stok yang akan keluar negeri akan berkurang. Itu akan membuat pasar global berebut, harga jadi tinggi. Eropa akan mengemis-ngemis ke kita," ucapnya
Adapun pada dua bulan pertama 2019, kebutuhan CPO untuk program biodiesel dalam negeri mencapai 1,2 juta ton. Pelaku usaha menargetkan sepanjang 2019, serapan akan mencapai 6,2 juta ton dan akan menyentuh 9 juta ton pada 2020.