Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia menilai penerapan bahan bakar nabati atau biodiesel dengan kandungan 30% minyak sawit (B30) mampu menghemat impor bahan bakar minyak hingga 57 juta barel.
Perhitungan ini didapat dari mengkonversi produksi B30 yang mencapai 9 juta kiloliter ke dalam satuan barel. Dari hasil tersebut, juga dapat dibagi lagi dengan produksi bahan bakar minyak di Indonesia yang kapasitasnya mencapai 800.000 barrel oil per day (BOPD).
Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Paulus Tjakrawan, dengan menggunakan perhitungan tersebut, mengatakan selain menghemat impor bahan bakar, B30 juga diyakini akan mampu menurunkan waktu kerja pertamina dalam memproduksi minyak. Setidaknya, untuk memproduksi 57 juta barel minyak, pertamina membutuhkan waktu 70 hari kerja.
“Artinya produksi B30 yang bsia diserap sama dengan 70 hari kerja pertamina, apakah besar, ya besar sekali, 2 bulan lebih bahkan,” katanya, Kamis (2/5/2019).
Saat ini kapasitas produksi biodiesel nasional dari produsen eksisting mencapai 12 juta kiloliter. Dari kapasitas tersebut, kemungkinan produksi B30 akan mencapai 10 juta kiloliter. Kehadiran produsen biofuel baru maupun langkah ekspansi yang dilakukan perusahaan eksisting menjadi bagian dari upaya antisipasi memenuhi kebutuhan biodisel.
Seperti halnya penggunaan B20 pada 2018, dari total produksi 6,1 juta kl, sebanyak 3,5 juta kl diserap untuk kebutuhan domestik dan 1,7 juta untuk keperluan ekspor.
Menurutnya, kondisi ini selain menurunkan impor BBM, juga akan meningkatkan produkstivitas petani.
“Oleh karena itu kita berupaya meningkatkan penggunaan B20 menjadi B30, dan kita snagat bangga akan pencapaian ini,” katanya.
Dia mengakui, soal penyaluran B20 memang sempat mengalami kendala pada September 2018 lalu yang menyebabkan turunnya spesifikasi kandungan bahan bakar nabati tersebut. Namun, setelah perbaikan di sistem penyaluran dilakukan, bahan bakar nabati yang mulai digunakan pada 2016 tersebut dapat digunakan baik oleh masyarakat.
Dalam penyaluran B20 juga disediakan dua kapal floating storage (penyimpanan terapung) di Balikpapan, Kalimantan Timur untuk memudahkan penyaluran B20. Beberapa bulan belakangan, volume ruang pengguaan floating storage tersebut mengalami penurunan karena konsumsi solar yang terus turun.
Adapun pada Januari 2019, kapasitas floating storage yang terpakai hanya 101.000 kiloliter. Kondisi ini menurun 34% menjadi 66.000 kiloliter.
“Nanti kita lihat bagaiaman trennya untuk penggunaan B30,” katanya.