Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Properti Mixed Use dan High Rise Dongkrak Pendapatan DILD

Pertumbuhan pendapatan usaha terutama berasal dari peningkatan pengakuan pendapatan dari segmen pengembangan mixed-use & high rise, seiring dengan progress penyelesaian sejumlah proyek di Jakarta dan Surabaya, seperti Fifty Seven Promenade, Graha Golf, dan The Rosebay.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk Archied Noto Pradono (dari kanan) berbincang dengan Direktur Pengembangan Bisnis Permadi Indra Yoga, dan Direktur PT Menara Prambanan Hans Hutoyo Halim, usai penandatanganan naskah kerja sama, Jakarta, Kamis (11/4/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk Archied Noto Pradono (dari kanan) berbincang dengan Direktur Pengembangan Bisnis Permadi Indra Yoga, dan Direktur PT Menara Prambanan Hans Hutoyo Halim, usai penandatanganan naskah kerja sama, Jakarta, Kamis (11/4/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan pengembang properti PT Intiland Development Tbk  (kode emiten DILD) melaporkan hasil pencapaian kinerja keuangan sepanjang kuartal I tahun 2019.

Berdasarkan hasil laporan keuangan yang berakhir 31 Maret 2018, Perseroan membukukan pendapatan usaha Rp887,6 miliar, atau naik sebesar 25 persen dibandingkan kuartal I 2018 yang mencapai Rp709,2 miliar.

Archied Noto Pradono Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland menjelaskan, pertumbuhan pendapatan usaha terutama berasal dari peningkatan pengakuan pendapatan dari segmen pengembangan mixed-use & high rise. Peningkatan tersebut seiring dengan Progress penyelesaian sejumlah proyek mixed-use & high rise di Jakarta dan Surabaya, seperti Fifty Seven Promenade, Graha Golf, dan The Rosebay.

“Pembangunan beberapa proyek mixed-use & high rise akan selesai tahun ini. Kami berharap pasar properti dapat tumbuh positif dan minat beli konsumen dan investor cepat kembali pulih,” ujar Archied berdasarkan keterangan resminya Rabu, (5/1/2019).

Archied menjelaskan bahwa pendapatan usaha Intiland selama ini ditopang dari empat segmen pengembangan. Selain bersumber dari pengembangan mixed-use & high rise, pendapatan usaha perseroan juga diperoleh dari kawasan perumahan, kawasan industri, dan properti investasi.

Segmen pengembangan mixed-use & high rise tercatat sebagai kontributor pendapatan usaha terbesar mencapai Rp523,4 miliar atau 59 persen dari keseluruhan. Pendapatan usaha tersebut melonjak 165 persen dibandingkan triwulan I tahun lalu sebesar Rp197,4 miliar.

Kontributor terbesar selanjutnya berasal dari segmen properti investasi yang mencatatkan pendapatan usaha Rp157,1 miliar atau 18 persen dari keseluruhan. Segmen yang merupakan sumber pendapatan berkelanjutan (reccuring income) ini meningkat 13 persen dibandingkan triwulan I 2018 sebesar Rp138,5 miliar. 

Dari segmen pengembangan kawasan perumahan, perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp144,7 miliar, atau 16 persen dari keseluruhan. Perolehan dari segmen ini mengalami penurunan 61 persen dibandingkan Rp373,3 miliar di periode yang sama tahun lalu.

Pendapatan usaha berikutnya bersumber dari pengembangan kawasan industri yang menyumbang Rp62,4 miliar atau 7 persen dari keseluruhan. Kontribusi pendapatan dari segmen ini berasal dari penjualan lahan industri yang dimiliki perseroan di Ngoro Industrial Park, Mojokerto, Jawa Timur dan pergudangan di Aeropolis.

“Secara umum pendapatan usaha meningkat, baik yang berasal dari development income maupun reccuring income. Kontributor terbesar masih dari development income yang mencapai Rp730,5 miliar atau 82 persen dari keseluruhan,” ungkap Archied lebih lanjut.

Segmen properti investasi yang merupakan sumber pendapatan berkelanjutan (recurring income) bagi  perseroan memberikan kontribusi sebesar 18 persen atau senilai Rp157,1 miliar. Perolehan tersebut naik sekitar 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar RpRp138,5 miliar.

“Kontribusi recurring income mengalami peningkatan terutama ditopang oleh naiknya pendapatan dari pengelolaan sarana dan prasarana, perkantoran sewa, dan kawasan industri. Kami percaya kontribusi recurring income akan terus meningkat, seiring dengan penyelesaian beberapa proyek pengembangan mixed-use,” kata Archied. 

Pendapatan usaha yang meningkat secara langsung memberi pengaruh positif terhadap kinerja profitabilitas. Di kuartal I tahun ini, perseroan berhasil membukukan laba kotor Rp313 miliar dan laba usaha Rp156,2 miliar. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, masing-masing meningkat sebesar 10,4 persen dan 13,4 persen.

Kendati laba kotor dan laba usaha tumbuh secara positif, laba bersih perseroan mengalami penurunan. Perseroan mencatatkan perolehan laba bersih Rp48,4 miliar, turun dibandingkan kuartal I 2018 sebesar Rp112,8 miliar.

“Penurunan laba bersih terutama disebabkan oleh meningkatnya beban bunga di tiga bulan pertama tahun ini,” ujarnya lebih lanjut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Putri Salsabila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper