Bisnis.com, JAKARTA – Sektor pasar ritel yang menghadapi ketidakpastian diperkirakan bisa kembali stabil usai periode pemilihan umum. Untuk memacu pasar properti ritel, perlu ada inovasi terutama berintegrasi dengan teknologi.
Berdasarkan riset Savills Indonesia, integrasi teknologi dalam industri ritel bisa menjadi lahan investasi subur dan menjadi infrastruktur penting dalam pengembangannya untuk masa mendatang.
Savills menyebutkan, meskipun kehadiran digital sempat menjadi penyebab lesunya pasar ritel, para ahli sepakat bahwa industri ritel dapat bertahan jika dijalankan berdampingan dengan teknologi.
Saat ini, tidak bisa dipungkiri sudah bayak pusat perbelanjaan yang tutup atau menyusutkan luasannya. Akan tetapi bisnis tersebut sebenarnya masih diminati konsumen. Oleh karena itu, pengelola mal dan pusat belanja diharapkan bisa berinovasi dan makin kreatif dalam mengelola mal.
Beberapa peritel besar seperti Trans Group dan MAP terus mengembangkan toko fisik meskipun pertumbuhan sewa tahunan diperkirakan hanya sekitar 2% - 3%.
Agar bisa bertahan, Savills menyarankan pusat perbelajaan untuk menampilkan sesuatu yang unik dan menarik.
“Pemilik gedung dengan penyewa atau peritel harus berinteraksi secara berkala, karena itu memiliki peran penting untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya di pusat perbelanjaan,” ungkap Head of Research Savills Indonesia Anton Sitorus, dikutip dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/4/2019).
Savills menegaskan, berbelanja seharusnya bukan hanya dianggap sebagai kegiatan pemenuhan kebutuhan saja. Berbelanja juga harus dipandang sebagai bagian dari rekreasi, menambah pengalaman yang menyenangkan bagi konsumen.
Dengan demikian, para peritel bisa membangun brand masing-masing sehingga mendapat tempat di hati para konsumen.