Ekspor Tuna Olahan Meningkat
Kepala Sub Direktorat Pulau Kecil dan Terluar Ditjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Ahmad Aris menyampaikan, pengolahan tuna untuk ekspor dimulai pada Juni 2018, dan pengiriman dilakukan pada September 2018. Ada 9 boks kontainer berkapasitas 108 ton, dengan berat masing-masing kontainer 12 ton.
Pada Januari—Maret 2019, jumlah ikan yang diekspor meningkat menjadi 11 boks kontainer. Sejumlah 8 boks kontainer langsung dikirim ke Vietnam, dan 3 boks kontainer lainnya ke Surabaya untuk mendapat perlakuan lebih lanjut.
“Ke depannya kami menargetkan agar ekspor dari Morotai bisa langsung ke negara tujuan seperti Jepang. Jadi produk olahan seperti sashimi dapat dikirim langsung dengan harga yang lebih tinggi, dibandingkan tuna loin,” paparnya.
Menurut konsultan dari Jepang, sekitar 80% tuna di Morotai masuk dalam ketagori grade A, sehingga layak ekspor. Potensi produksi pun masih belum maksimal.
Aris menyampaikan, potensi produksi tuna di Morotai mencapai 200.000 ton per tahun, tetapi baru dimanfaatkan sekitar 20%. Dia berharap nelayan dan pengusaha pengolahan dapat mencapai kapasitas penuhnya pada 2024.
“Oleh karena itu, penting adanya kerja sama antara pemerintah, NGO, perusahaan swasta, dan masyarakat setempat dalam menjalankan sistem penangkapan berkelanjutan,” paparnya.