Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Ritel Properti DKI Berpotensi Menghijau Semester II/2019

Pasar properti ritel di Jakarta diprediksi bisa kembali bertumbuh mulai semester II/2019 dengan adanya tambahan pasok sekitar 320.000 meter persegi setelah banyak peluncuran proyek yang sempat tertunda.
Deretan gedung bertingkat terlihat dari ketinggian di kawasan Sudirman, Jakarta/Bisnis-Nurul Hidayat
Deretan gedung bertingkat terlihat dari ketinggian di kawasan Sudirman, Jakarta/Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar properti ritel di Jakarta diprediksi bisa kembali bertumbuh mulai semester II/2019 dengan adanya tambahan pasok sekitar 320.000 meter persegi setelah banyak peluncuran proyek yang sempat tertunda.

Pada 2018, pertumbuhan pasar properti sektor ritel di Jakarta melambat, dengan hanya ada satu proyek yang dibuka dan banyak proyek yang memang ditunda peluncurannya.

Satu proyek tersebut adalah SOHO Pancoran dari Agung Podomoro Land yang menambahkan fitur residensial dan perkantoran dalam komponen properti ritelnya.

Dari peluncuran SOHO Pancoran itu, keseluruhan tambahan pasok sepanjang 2018 hanya sekitar 8.000 meter persegi dan membuat keseluruhan jumlah pasok ritel di Jakarta menjadi sekitar 3,1 juta meter persegi.

Berdasarkan riset Savills Indonesia, dari sisi kelas, pasar ritel Jakarta masih didominasi oleh ritel untuk kelas menengah atas, yang jumlahnya mencapai 41% dari keseluruhan pasok. Sementara untuk kelas atas, high end, dan menengah bawah masing-masing ada sekitar 32%, 14% dan 13%.

Kemudian dari sisi lokasi, Jakarta Selatan masih menjadi pilihan utama untuk mendirikan pusat perbelanjaan hingga 37%. Disusul oleh Jakarta Utara, Barat, dan Pusat yang masing-masing memiliki pangsa 21%, 19% dan 15%. Sementara di Jakarta Timur hanya menyumbang sekitar 8% dari keseluruhan pasok.

Direktur dan Konsultan Riset Savills Indonesia Anton Sitorus mengatakan bahwa pertumbuhan pasok yang melambat itu dijadikan kesempatan oleh sejumlah pemilik pusat perbelanjaan untuk melakukan perubahan pada aset-asetnya.

“Banyak pemilik mal yang memperbaiki tenancy mix-nya dan melakukan renovasi. Karena banyak yang tutup, kekosongan mal naik jadi 12,1% pada akhir 2018,” ungkapnya dikutip dalam riset, Minggu (31/3).

Sebagai respons dari kondisi saat ini, pada pemain ritel terus meningkatkan kualitasnya dan lebih berpusat pada kebutuhan konsumen zaman sekarang, dengan melakukan pembukaan kembali malnya dengan tujuan meningkatkan lalu lintas kunjungan.

Kemudian, sejalan dengan kondisi perlambatan pertumbuhan ekonomi secara nasional maupun global, membuat rata-rata harga sewa mal turun menjadi sekitar Rp348.000 per meter persegi per bulan atau turun 2% dibandingkan dengan pada 2017.

Banyaknya proyek yang ditunda peluncurannya membuat Savills memprediksi bahwa proyek-proyek tesebut akan mulai melantai pada semester pertama 2019. Antara 2019 hingga 2021, diperkirakan akan ada tambahan pasok mencapai 320.000 meter persegi.

“Dari angka tersebut, 54% berasal dari kelas atas dan 46% lainnya dari kelas menengah. Pengembangan ke depan juga diperkirakan akan lebih terkonsentrasi di Jakarta Selatan hingga 44%,” lanjutnya.

Ke depan, diprediksikan akan banyak pusat perbelanjaan yang melakukan perubahan dari sisi tampilan maupun isinya mengikuti tren global di mana pasar online dan offline bisa terintegrasi dengan baik. Ke depan akan lebih banyak toko online (daring) yang akan membuka toko fisiknya untuk meningkatkan pengalaman pengunjung.

“Kami mengantisipasi dari sisi permintaan di pasar akan meningkat secara bertahap, mengukuti kondisi perekonomian yang lebih stabil terutama usai Pemilihan Umum. Peritel besar seperti MAP dan Trans Group sudah menyatakan ketertarikannya untuk terus berekspansi,” sebut Anton.

Namun, pertumbuhan tingkat sewa diperkirakan akan tetap rendah untuk jangka pendek dengan pertumbuhan sekitar 2% - 3% per tahun. Selanjutnya, mal juga akan menyediakan nilai-nilai keunikan agar bisa tetap bertahan dan terlihat berbeda sebagai upaya berkompetisi dengan mal lainnya,

Kemudian, adanya penggunaan teknologi juga tentunya akan membuat nilai investasi infrastruktur makin tinggi. Pusat perbelanjaan yang sudah memasang berbagai layanan berbasis teknologi diprediksi akan bertumbuh lebih pesat dan akan mengalami pertumbuhan sewa yang lebih cepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper