Bisnis.com, JAKARTA - Intervensi pemerintahan Recep Tayyip Erdogan untuk melindungi Lira dari pelemahan nilai tukar jelang pemilihan umum lokal justru berdampak pada minat pasar di mana para investor mulai melepas obligasi dan saham Turki sejak Rabu (27/3).
Offshore overnight swap rate melonjak melampaui 1.000% dalam satu hari karena bank-bank lokal beraa di bawah tekanan untuk tidak memberikan likuiditas kepada fund manager asing yang ingin mengakali nilai tukar Lira.
Seorang pejabat pemerintah Turki menyampaikan bahwa kebijakan ini adalah tindakan sementara.
Langkah ini memaksa para investor yang ingin keluar dari jebakan Lira dengan menjual aset Turki mereka yang tersimpan dalam instrumen lain guna mendapatkan uang tunai untuk menutup perdagangan.
Imbal hasil obligasi Turki bertenor dua tahun melonjak di atas 20% sementara saham mengalami penurunan terdalam sejak Juli.
Para fund manager, termasuk Daiwa SB Investment Ltd. asal Jepang, mengatakan bahwa mereka tengah mempertimbangkan kembali untuk berinvestasi di Turki.
"Saya belum pernah melihat langkah seperti ini selama 21 tahun saya memperhatikan pasar Turki. Ini sama saja dengan mengorbankan pragmatisme jangka panjang demi upaya politik jangka pendek. Taktik semacam itu akan membuat banyak trader mempertanyakan investasi lira," kata Julian Rimmer, seorang trader di Investec Bank Plc, London, seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (28/3).
Dengan merekayasa situasi, di mana investor dicegah untuk melepaskan lira dengan mudah, otoritas Turki telah menahan penurunan mata uang sebelum pemilihan umum lokal yang akan diadakan pada 31 Maret.
Kebijakan ini bagus bagi Erdogan, yang sudah pernah menghadapi resesi, lonjakan inflasi hingga manuver menjatuhkan dari partai oposisi.
Namun, ini akan menjadi bumerang bagi utang Turki dalam mata uang asing senilai US$177 miliar yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan ke depan.
Indeks saham utama Turki turun 5,7% pada Rabu (27/3), waktu setempat, hampir menghapus keuntungan sepanjang 2019.
Sementara itu imbal hasil obligasi bertenor dua tahun naik 47 basis poin menjadi 20,45% dan biaya jaminan utang Turki terhadap risiko default melonjak.
Menurut dua trader yang tidak disebutkan namanya, lira yang reli pada Senin (25/3) dan Selasa (26/3) tidak lepas dari penurunan karena beberapa perusahaan lokal dan individu menambah kepemilikan dollar AS.
Sebagai gambaran seberapa bearish warga Turki terhadap prospek lira, sebagian besar rumah tangga dan bisnis sekarang memiliki lebih banyak dana tabungan dalam bentuk dollar AS dan euro.
Pejabat pemerintah Turki mengkonfirmasi bahwa investor asing kesulitas untuk melepas lira.
"Para penyusun kebijakan tetap berkomitmen pada free float currency, meskipun regulator akan bertindak untuk mencegah depresiasi berlebihan bahkan setelah pemilu," ujar pejabat tersebut, yang menolak disebutkan namanya karena pegawai negeri sipil tidak diizinkan untuk berbicara kepada media.