Bisnis.com, JAKARTA - Sistem transportasi massal dalam kota diyakini memiliki dampak yang sangat nyata pada kenaikan harga properti. Hal ini tercermin dari kenaikan indeks harga properti Jakarta yang mencapai 4%.
Country Manager Rumah.com, Marine Novita menjelaskan bahwa keberadaan koridor transportasi baru atau perubahan sistem transportasi massal akan meningkatkan potensi investasi properti di suatu wilayah.
Terealisasinya MRT Jakarta Fase I ini akan mendongkrak harga properti karena akan meningkatkan konektivitas, akses masyarakat, dan mengurangi waktu perjalanan.
“Dengan beroperasinya MRT Jakarta Fase I, investasi di bidang properti, akan meningkat di sepanjang jalur MRT tersebut. Harga tanah dan aset properti di sekitar wilayah Jalan Thamrin, Sudirman, Blok M, Fatmawati dan TB Simatupang yang dilalui jalur MRT ini akan terdongrak. Sedangkan wilayah sekitar Lebak Bulus dan TB Simatupang bisa menjadi kawasan pusat niaga baru di Jakarta Selatan,” ujarnya.
Kecenderungan kenaikan harga properti di sepanjang jalur MRT ini juga terlihat dari Rumah.com Property Index (RPI).
Data RPI ini memiliki akurasi yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia, karena merupakan hasil analisis dari 400.000 listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.
Menurut Marine, Rumah.com Property Index menunjukkan rata-rata indeks harga per kuartal DKI Jakarta sepanjang tahun 2018 adalah sebesar 122 poin, naik 4% dari indeks harga per kuartal rata-rata DKI Jakarta di 2017 (year-on-year).
Jika dibandingkan dengan rata-rata indeks harga per kuartal DKI Jakarta, rata-rata indeks harga per kuartal Jakarta Selatan adalah sebesar 149 poin, naik 5% dibandingkan tahun sebelumnya.
Marine melanjutkan, Kenaikan rata-rata indeks harga per kuartal di Jakarta Selatan 2018 ini, bersama Jakarta Timur adalah yang tertinggi di seluruh wilayah DKI Jakarta. Jakarta Pusat dan Jakarta Barat mencatat kenaikan sebesar 4% (y-o-y), sementara Jakarta Utara yang terendah, sebesar 2%. (y-o-y).
"Kenaikan indeks di Jakarta Selatan diperkirakan sebagai akibat pembangunan MRT Jakarta Fase I. Selaras dengan kenaikan di Jakarta Selatan, daerah perbatasannya pun mengalami kenaikan yang sama. Tangerang Selatan mengalami kenaikan indeks sebesar 4%(y-o-y),” jelasnya.
Perkembangan properti di Jakarta Selatan juga tak lepas dari faktor perkembangan properti di ruas jalan TB Simatupang, yang berubah menjadi kawasan bisnis baru.
Kemunculan gedung-gedung perkantoran baru diimbangi dengan munculnya hunian-hunian baru, khususnya apartemen. Sebut saja Arumaya, Izzara, ataupun Midtown Residence, yang terletak tepat di ruas jalan TB Simatupang.
Kemudian ada pula yang sedikit menjorok ke dalam seperti Apple Residence di jalan Jatipadang, serta satu dari sedikit landed house baru di sekitar Simatupang, yakni Simatupang Residence, yang terletak di kawasan Pasar Minggu, sekitar 600 meter dari jalan TB Simatupang. Untuk apartemen, harga unit studio-nya sudah berada pada kisaran Rp1 miliar ke atas sementara rumah tapak dimulai pada kisararn Rp4 miliaran.
Pilihan yang lebih terjangkau ada di sekitar area Ciputat, ruas jalan Ir. H. Juanda-Dewi Sartika-Otista Raya. Apartemen Seperti Green Lake View, Bailey's Lagoon, City Light, dan The Spring masih menawarkan tipe studio dengan harga mulai Rp300 jutaan. Sementara untuk rumah tapak, harga unit di perumahan cluster di kawasan Ciputat dimulai pada kisaran Rp1 miliaran.