Bisnis.com, JAKARTA--Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan memberhentikan air tanah di Jakarta dan mengganti dengan air permukaan untuk menghindari penurunan permukaan tanah.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa pihaknya akan memberhentikan supply air tanah karena terjadi penurunan permukaan tanah setiap tahunnya, sehingga bila tidak ditangani secara serius Jakarta bisa tengelam sebagian.
Sebagai informasi, sumber air Jakarta saat ini baru bersumber dari PJT 2 Jatiluhur dengan air baku 16 meter kubik per detik, Kementerian PUPR akan mengembangkan water balance yang ada masih tersisa 10 meter kubik - 15 meter kubik lagi yang masih bisa diolah menjadi air bersih di Jakarta.
"Sekarang ini mereka pakai air tanah makanya turun terus muka tanahnya, nanti kalau sudah ada tambahan dari Jatiluhur dan Karian kita stop air tanah. Satu-satunya jalan stop penggunaan air tanah untuk bisa menahan. Bagaimana bisa kita menyetop air tanah?kita tambah dulu airnya," ujarnya di Jakarta, Jumat (22/3/2019).
Pihaknya juga masih mengembangkan SPAM Karian yang ditargetkan akan selesai pada tahun 2020, juga akan dipakai untuk kawasan Tangerang-Jkt dan sekitarnya dengan total 4,5 meter kubik per detik sehingga akan cukup untuk menjadi sumber air bersih untuk Jakarta dan sekitarnya.
"Penghentian air tanah ini efektif karena ada best practicenya, Bangkok ini sudah stop tapi menyetop air tanah. Kalau [Jakarta] sudah terpenuhi pasti kita stop, utamanya semua wilayah utara pusat Jakarta yang turun itu."
Baca Juga
SPAM Karian akan mengandalkan pasokan air dari Bendungan Karian di Kabupaten Lebak. Per Desember 2018 lalu progres konstruksi bendungan telah mencapai 55% ditargetkan rampung pada 2020.
Air baku dari Bendungan Karian akan dialirkan melalui jaringan perpipaan sepanjang 47,9 kilometer. Pasokan air diharapkan bisa memenuhi kebutuhan air di Tangerang dan DKI Jakarta sehingga bisa mengurangi penggunaan air tanah.
Sebagai informasi, adalah riset tim peneliti geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) yang mengingatkan adanya ancaman yang mengkhawatirkan itu. Peneliti Geodesi ITB, Heri Andreas mengatakan riset tim peneliti tersebut menemukan bahwa di sejumlah wilayah di Jakarta mengalami penurunan muka tanah.
Jakarta Utara mengalami penurunan terdalam, yaitu 25cm setiap tahun, sementara wilayah lainnya, Jakarta Barat turun sampai 15 cm per tahun, Jakarta Timur turun 10 cm per tahun, sedangkan di Jakarta Pusat turun 2 cm per tahun dan Jakarta Selatan 1 cm per tahun.
Pihaknya memprediksi pada 2050, Jakarta Utara bisa tenggelam bila penurunan muka tanah itu terus berlanjut. Penyebab penurunan muka tanah adalah adanya pengambilan air tanah yang berlebih, sehingga harus ada solusi untuk meghentikannya.