Bisnis.com, JAKARTA - Lion Air Group masih belum memutuskan untuk mengganti pesanan pesawat Boeing 737 Max 8 dan 9 kendati sudah banyak negara yang melakukan pelarangan operasional (grounded) secara permanen.
Managing Director Lion Air Group Daniel Putut mengaku masih melakukan pembahasan dengan pihak Boeing selaku pabrikan terkait dengan masalah tersebut. Adapun, pemesanan B 737 MAX 8 dan MAX 9 yang dilakukan maskapai nasional tersebut mencapai 222 unit hingga 2035.
"Saya tidak bisa berkomentar dulu soal ini. Hingga kini kami masih diskusi secara intensif dengan Boeing," kata Daniel, Jumat (15/3/2019).
Dia menambahkan akan menunggu hasil investigasi yang dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Federal Aviation Administration (FAA) sejak kecelakaan pesawat Lion Air dengan registrasi PK LQP di perairan Tanjung Karawang pada Oktober 2018 maupun yang dialami Ethiopian Airlines di Addis Ababa beberapa waktu lalu.
Pihaknya mengaku larangan terbang terhadap 10 unit pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 milik maskapai tidak mengganggu operasional. Saat ini tergolong low season, sehingga B 737 MAX 8 bisa digantikan oleh pesawat jenis lainnya.
Sejak tahun lalu, maskapai milik Rusdi Kirana itu mengoperasikan pesawat berlorong tunggal (narrow body) untuk rute internasional, khususnya ke China dan Arab Saudi, serta beberapa rute domestik. Terlebih, Lion Air Group masih mengoperasikan 114 unit pesawat B 737 NG.
Baca Juga
Sebelumnya, Garuda Indonesia sudah menyampaikan opsi pembatalan terhadap 49 unit Boeing 737 Max 8 yang akan dikirimkan secara bertahap hingga 2030.
Maskapai pelat merah ini mengaku sudah kehilangan kepercayaan terhadap pesawat Boeing 737 Max 8 usai kejadian dua kecelakaan beruntun dalam kurun waktu 6 bulan terakhir.