Bisnis.com, JAKARTA -- Industri mebel dan kerajinan memiliki banyak tantangan pada tahaun ini seperti naiknya upah minimum regional (UMR) hingga pasokan bahan baku yang tak menentu. Dengan kata lain, para pelaku usaha harus memutar otak untuk mempertahankan kapasitas produksi selagi menjaga kualitas.
PT BMB Export (R.E.D) memilih untuk menstabilkan harga produk dengan melakukan efisiensi pada proses produksi dengan naiknya UMR. Perseroan menilai harga jual produk lokal harus tetap kompetitif di pasar ekspor terhadap negara kompetitor.
Tim Sales & Marketing R.E.D Rahardhaniek Susilaningrum mengataka tim riset dan pengembangan perseroan berusaha keras dalam mengulik bahan baku alternatif untuk tetap menghasilkan produk yang berkualitas. Menurutyna, pesaing utama produk lokal adalah produk-produk furnitur asal Vietnam.
"UMR niak, bahan-bahan [baku penunjang] juga naik, [alhasil] ongkos produksinya kan naik.Tapi, buyers itu menekan harga, jadi kita menekan harga juga," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (14/3/2019).
Namun demikian, ujarnya, perseroan optimis produk dalam negeri masih dapat menjadi juara. Pasalnya, Rahardhaniek menuturkan para distributor asing masih memilih produk Indonesia daripada Vietnam.
Pada Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2019, lanjutnya, perseroan berhasil membukukan perjanjian dagang sekitar 2--3 kontainer senilai sekitar US$75.000. Rahardhaniek mengutarakan target perjanjian awal senilai US$300 juta--US$400 juta yang ditetapkan Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan (HIMKI) pada pameran tersebut cukup realistis.