Bisnis.com, JAKARTA-Asosiasi Pengusaha Tekstil atau API memperkirakan lonjakan nilai ekspor ke Australia bisa menembus US$800 juta dalam tiga tahun ke depan.
Ketua API Ade Sudrajat mengungkapkan ditekennya perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Australia kelak bakal membuka keran eskpor. Sebagai salah satu sektor manufaktur unggulan barang tekstil asal Indonesia akan lebih mudah menembus pasar Negeri Kanguru tersebut.
Ade menilai meski populasinya kecil, hanya sekitar 20 juta jiwa, pendapatan per kapita Australia cukup tinggi. Di samping itu, Australia mempunyai empat musim silih berganti sepanjang tahun.
“Dari faktor tersebut saja, untuk pakaian musiman, sudah sangat besar,” ungkap Ade kepada Bisnis.
Peluang tersebut pada akhirnya akan mendongkrak ekspor tekstil secara volume sekaligus nilai. “Ekspor tekstil sekarang US$200 juta ke Australia, tiga tahun ke depan bisa mencapai US$800 juta karena barang mudah masuk dan dikenakan tarif rendah,” tambah Ade.
Berdasarkan catatan Bisnis, ada tiga hal utama yang menjadi hasil perjanjian IA-CEPA.
Baca Juga
Pertama, soal akses pasar barang. Dengan diberlakukannya IA-CEPA, Australia mengeliminasi semua pos tarifnya (6.474 pos tarif) menjadi 0%.
Kedua, peningkatan sumber daya manusia melalui program pertukaran tenaga kerja antarperusahaan Indonesia-Australia dalam rangka transfer know how, investasi kerja sama high skilled workers, serta penambahan kuota work and holiday visa.
Ketiga, Indonesia dan Australia akan membuka akses lebih besar untuk servis and investasi (services and investment), khususnya di sektor tambang, energi, besi dan baja, jasa keuangan, sekolah kejuruan (vocational education), pariwisata, kesehatan, dan agribisnis.