Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Filipina Rodrigo Duterte membuat langkah mengejutkan dengan menunjuk Menteri Anggarannya, Benjamin Diokno, sebagai Gubernur bank sentral negeri tersebut. Nilai tukar mata uang peso pun melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Diokno, 70, akan menggantikan Nestor Espenilla, yang telah tutup usia pada Februari karena menderita kanker. Dengan wafatnya Espenilla, Diokno bakal menjabat sisa masa jabatan enam tahun pendahulunya itu yang berakhir pada pertengahan 2023.
Ketika berperan sebagai Menteri Anggara, Diokno dikenal mendorong belanja negara yang kuat untuk memacu pertumbuhan. Ia juga dipandang lebih menyukai tingkat suku bunga rendah dan nilai tukar mata uang yang lebih lemah.
Penunjukan Diokno sebagai Gubernur baru Bank Sentral Filipina (Bangko Sentral ng Pilipinas/BSP) serta rilis data hari ini yang menunjukkan kembalinya inflasi ke target 2%-4% bank sentral tersebut pun membuka jalan bagi pelonggaran kebijakan tahun ini.
“Saat berlaku sebagai menteri anggaran dia secara konsisten mengkomunikasikan bahwa tujuan utamanya adalah untuk mendorong pertumbuhan, menjaga Filipina berada di jalur pertumbuhan yang lebih tinggi, dan bahwa inflasi yang tinggi dapat ditoleransi selama ekonomi tumbuh,” ujar Manny Cruz, kepala riset di Papa Securities Corp., Manila.
“Dia mungkin akan condong ke arah pemangkasan suku bunga,” tambah Cruz, sebagaimana diberitakan Bloomberg, Selasa (5/3/2019).
Sebelumnya, di bawah Espenilla, BSP menaikkan tingkat suku bunga sebesar 175 basis poin tahun lalu setelah inflasi mencapai level tertinggi dalam sembilan tahun.
Pertumbuhan harga konsumen terus menurun sejak saat itu dan mencapai 3,8% pada Februari, lebih rendah dari estimasi median 4% dalam survei Bloomberg.
Penunjukan Diokno menjadi langkah mengejutkan bagi sejumlah pengamat bank sentral tersebut. Sebelumnya, Duterte diperkirakan akan menunjuk satu dari tiga deputi gubernur atau mungkin seseorang dari sektor perbankan untuk menggantikan Espenilla.
Sejumlah analis mengatakan penunjukan Diokno sebagai Gubernur BSP akan memberikan tekanan pada mata uang peso karena kekhawatiran kebijakan moneter mungkin dipengaruhi oleh pemerintah.
“[Penunjukan] itu terlihat negatif dalam hal independensi bank sentral tersebut karena gubernur baru dipilih dari sisi pemerintah,” ujar Masakatsu Fukaya, pedagang mata uang emerging market di Mizuho Bank Ltd., Tokyo.
“Mungkin ada beberapa spekulasi bahwa bank sentral itu akan beralih ke kebijakan moneter yang longgar terutama karena data hari ini menunjukkan inflasi melambat Februari lebih dari yang diharapkan,” tambah Fukaya.
Menurut Alan Atienza dari Philippine Bank of Communications di Manila, Diokno akan cenderung menuju kebijakan yang akan mendukung atau meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
“Kita akan melihat pemangkasan rasio cadangan dan suku bunga tahun ini yang akan mendukung dan mendanai defisit anggaran pemerintah yang membengkak,” tutur Atienza.
Menyusul penunjukan Diokno, nilai tukar peso Filipina terhadap dolar AS terpantau melemah sekitar 0,7% ke level 52,15 pukul 13.38 WIB, setelah dibuka menguat tipis 0,02% di posisi 51,78 pagi tadi. Pelemahan peso membawanya menjadi yang terlemah di antara mata uang emerging market di Asia siang ini.
Gubernur baru BSP Benjamin Diokno sendiri telah menyatakan bahwa pertumbuhan, harga yang stabil, dan nilai tukar peso adalah prioritas dari bank sentral tersebut.
“Tujuan akhirnya adalah pertumbuhan berkelanjutan di bawah rezim stabilitas harga,” jawab Dikno tentang apa yang akan menjadi prioritasnya sebagai gubernur.
Meski demikian, ia enggan berkomentar soal pemangkasan suku bunga acuan atau rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio) bank. Menurutnya, tidak sepatutnya ia berkomentar mengenai kebijakan moneter tanpa mendapat pengarahan dari staf teknis BSP.