Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengolahan Limbah Elektronik Perlu Didorong Untuk Circular Economy

Pengolahan limbah elektronik dinilai perlu dikembangkan untuk mendorong industri elektronik yang menjadi salah satu andalan dalam peta jalan Making Indonesia 4.0. Pengolahan limbah pun sejalan dengan langkah pengembangan circular economy.
Petugas melakukan pengecekan rutin pengolahan limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Terpadu PT MCAB Cisirung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (2/8/2018)./ANTARA-Novrian Arbi
Petugas melakukan pengecekan rutin pengolahan limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Terpadu PT MCAB Cisirung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (2/8/2018)./ANTARA-Novrian Arbi

Bisnis.com, JAKARTA – Pengolahan limbah elektronik dinilai perlu dikembangkan untuk mendorong industri elektronik yang menjadi salah satu andalan dalam peta jalan Making Indonesia 4.0. Pengolahan limbah pun sejalan dengan langkah pengembangan circular economy.

Berdasarkan data organisasi StEP Initiative, diperkirakan perangkat elektronik yang beredar di pasar Indonesia pada 2012 diperkirakan mencapai 1.361.000 ton. Dalam kurun dua tahun, tercatat bahwa perangkat yang masih digunakan berkisar 616.000 ton.

Sisa 745 kilo ton atau 54,73% perangkat elektronik berubah menjadi limbah elektronik. Direktur Utama PT Arah Environmental Indonesia Gufron Mahmud menjelaskan bahwa limbah perangkat elektronik dapat berbahaya apabila tidak diolah dengan benar.

Menurut Gufron, pengelolaan limbah yang buruk dapat membahayakan manusia dan berdampak pada lingkungan. Selain itu, dampaknya pun bisa berlangsung lama dan memengaruhi generasi-generasi selanjutnya.

"Data pada 2015 menunjukkan limbah TV sekitar 106.000 ton dan yang terolah baru sekitar 74.000 ton, limbah PC [komputer] 24 ribu ton yang terolah sekitar 17.000 ton, [jumlah yang diolah] harus ditingkatkan. Berdasarkan data ITU jumlah limbah elektronik global pun meningkat," ujar Gufron pada Kamis (21/02/2019).

Gufron merujuk pada data International Telecommunication Union (ITU) dan United Nations University (UNU), di mana terjadi peningkatan limbah elektronik sebanyak 3,3 juta metrik ton dalam dua tahun. Pada 2014 jumlahnya sebesar 41,4 juta metrik ton dan meningkat menjadi 44,7 juta metrik ton pada 2016.

Peningkatan jumlah limbah elektronik menurut Gufron perlu diatasi dengan peningkatan serapan dan pengolahan limbah tersebut. Selain pemahaman masyarakat dalam memperlakukan sampah dan limbah elektronik, peran pemerintah dalam mengembangkan industri pengolahan limbah pun dinilai penitng.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Ngakan Timur Antara menuturkan pihaknya terus mendorong investasi di sektor industri pengolahan limbah.

Menurutnya, kebutuhan investasi sektor limbah industri merupakan salah satu dari agenda prioritas yang dipilih untuk mengimplementasikan revolusi industri 4.0 di Indonesia. Pengolahan limbah tersebut kemudian tidak hanya mencakup sektor prioritas pengembangan industri 4.0, tetapi mencakup seluruh industri.

"Salah satu langkah strategis di dalam 10 agenda prioritas roadmap tersebut, yakni mengakomodasi standar-standar keberlanjutan," ujar Ngakan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper