Bisnis.com, JAKARTA -- Pelaku usaha batu bara di Indonesia berharap China bisa melonggarkan prosedur impor batu bara kalori rendah agar harga bisa keluar dari tren penurunan.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan pengaruh setiap kebijakan China terkait batu bara selalu menjadi salah satu faktor utama yang memengharuhi harga batu bara. Oleh karena itu, pengetatan prosedur impor batu bara kalori rendah oleh China membuat harga komoditas tersebut sulit keluar dari tren negatif yang telah berlangsung sejak kuartal IV/2018.
"Kalau dia melonggarkan prosedur untuk impor batu bara kalori rendah mungkin bisa menolong, tapi China kan unpredictable," ujarnya kepada Bisnis, Sabtu, (16/2/2019).
Selain itu, turunnya permintaan batu bara kalori rendah dari China telah membuat disparitas harga dengan batu bara kalori tinggi semakin melebar. Di lapangan, beberapa perusahaan bahkan mulai kesulitas untuk menjaga margin batu bara kalori rendah.
"Kalau perusahaan menengah atau kecil yang memproduksi batu bara berkalori rendah ini agak sulit. Bahkan, beberapa bilang harga jualnya sudah sama dengan ongkos produksi," lanjut Hendra.
Kementerian ESDM menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) Februari 2019 senilai US$91,8 per ton. Nilai tersebut turun tipis 0,66% dari HBA Januari 2019 yang sebesar US$92,41 per ton.
Meskipun penurunan bulanan kali ini tidak signifikan, sejak September 2018, HBA terus terkikis dan belum pernah mencetak kenaikan secara bulanan. Hal tersebut membuat HBA dalam dua bulan pertama 2019 masih jauh dari rata-rata HBA sepanjang tahun lalu yang mencapai US$98,96 per ton.