Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan kondominium belum mengalami perbaikan dalam tiga tahun belakangan, membuat harga kondominium harus ditekan tetap rendah. Namun, aktivitas pengembang untuk membangun kondominium masih tetap gencar.
Head of Research Jones Lang LaSalle (JLL) James Taylor memaparkan bahwa rata-rata penjualan kondominium sepanjang 2018 mencapai 60%. Jumlah ini menurutnya masih cukup bagus meskipun masih jauh dari pencapaian puncak pada 2013-2014.
“Ada beberapa hal yang menjadi penyebab penurunan penjualan kondominium sekarang jika dibandingkan dengan pada 2013 – 2014, salah satunya adalah pemilihan umum pada April mendatang. Sebenarnya, faktor ini tidak hanya mempengaruhi sektor residensial, tapi juga ke semua sektor properti,” ungkapnya dalam Media Briefing di Jakarta, Rabu (13/2).
Namun, setelah pemilu, James memprediksikan pasar kondominium akan mengalami perbaikan melihat pemerintah kini sedang mempertimbangkan perubahan batas harga hunian mewah yang menjadi objek Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dari masing-masing Rp20 miliar dan Rp10 miliar menjadi Rp30 miliar.
“PPnBM yang sebelumnya ada sudah memberikan dampak dan kontribusi pada pasar sehingga penjualan melemah. Selain itu, harga setelah dikenakan pajak juga menjadi naik tajam karena besar. Sekarang ada keringanan untuk beli unit yang di atas Rp10 miliar, sehingga bia memberikan kemajuan pada pasar kelas menengah ke atas,” lanjutnya.
Selanjutnya, dari peraturan untuk penghuni asing,pemerintah juga masih menggodok aturan baku soal kepemilikan hunian bagi asing.
Baca Juga
“Kami sudah menunggu adanya aturan yang baku soal ini sejak lama dan pemerintah sekarang sedang membicarakan untuk memberikan keringanan pada aturan untuk penghuni asing, kami akan memperhatikan itu juga dengan seksama. Kalau lebih terbuka pada asing, kemungkinan peertumbuhan hunian dan serapannya bisa lebih tinggi,” paparnya.