Bisnis.com, JAKARTA - PT Timah Tbk. menargetkan purwarupa atau prototipe penambangan timah di laut bisa diselesaikan tahun ini.
Direktur Utama Timah Mochtar Riza Pahlevi Tabrani mengatakan bahwa pihaknya akan mengedepankan aspek lingkungan dalam penambangan laut tersebut. Prototipe tersebut diharapkan sudah bisa diterapkan mulai tahun depan.
"Yang laut prototipenya mudah-mudahan tahun ini selesai. Yang pasti sifatnya ramah lingkungan," ujarnya usai rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR, Senin (21/1/2019).
Nantinya, sistem penambangan di laut tersebut akan menggunakan bor seperti yang dilakukan pada minyak dan gas bumi (migas). Teknologi tersebut diklaim ramah lingkungan.
Adapun, penyelesaian tersebut rencana disesuikan dengan penetapan zonasi laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Selain akan melakukan penambangan di laut, Timah juga tengah melakukan ekspansi ke nigeria sebagai salah satu upaya pengembangan bisnisnya. Namun, Riza belum memastikan kapan ekspansi tersebut mulai bisa mengerek produksi Timah.
"Eksplorasi tidak bisa buru-buru. Kita lihat lahannya, kondisi sosial. Saya pikir masih fokus di situ," tuturnya.
Seperti diketahui, pada Desember 2017, Timah telah melaksanakan penandatanganan joint venture agreement dengan TopWide Venture Ltd di Abuja, Nigeria. Kesepakatan itu mencakup kerja sama untuk melakukan studi kelayakan untuk investasi, survei pemetaan geologi, pengeboran eksplorasi awal dan perolehan sampel secara detail.
Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan Timah Amin Haris Sugiarto menyampaikan sampai dengan kuartal III/2018, perusahaan merealisasikan capex 60% dari anggaran atau senilai Rp793 miliar. Pada 2019, nilai capex meningkat 28% dari tahun ini.
"Capex pada 2019 akan ada peningkatan 28%, pendanaannya dari internal dan pinjaman eksternal," katanya.
Dari sisi kinerja keuangan, manajemen Timah membidik laba bersih yang lebih tinggi pada tahun depan dibandingkan dengan realisasi 2018. Hal ini didorong oleh faktor internal dan eksternal industri timah.
Secara internal, Timah akan menambah kapasitas alat produksi dan merampungkan proyek peleburan pada 2019. Adapun, dari sisi eskternal, iklim bisnis timah semakin membaik seiring dengan dukungan penyetopan tambang-tambang ilegal.
Per September 2018, Timah mengantongi laba bersih Rp255,54 miliar, turun 14,98% yoy dari sebelumnya Rp300,57 miliar. Padahal, pendapatan meningkat 2,7% yoy menuju Rp6,8 triliun dari posisi per September 2017 sebesar Rp6,62 triliun.