Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian memproyeksikan pertumbuhan ekspor perhiasan pada tahun ini berkisar 5%.
Gati Wibawaningsih, Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kemenperin, mengatakan pihaknya memproyeksikan pertumbuhan industri perhiasan dengan mengacu pada pertumbuhan industri manufaktur yang diperkirakan sebesar 5,4% pada tahun ini.
“Jika mengacu pada pertumbuhan industri di angka 5%, maka proyeksi untuk industri perhiasan juga naik di kisaran 5% secara tahunan pada tahun ini,” katanya Senin (14/11/2018).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada periode Januari—November 2018, ekspor perhiasan mencapai US$1,88 miliar atau menurun 27,72% secara tahunan. Gati menjelaskan penurunan ekspor ini disebabkan oleh pengenaan bea masuk oleh salah satu negara tujuan utama ekspor, yaitu Uni Emirat Arab.
Kondisi ekonomi global beberapa tahun terakhir juga melambat sehingga menyebabkan permintaan ekspor perhiasan menurun. “Tetapi kalau lihat pada akhir 2018, sudah mulai ada perbaikan, sehingga kami optimistis bisa lebih bagus permintaan ekspornya,” kata Gati.
Untuk mendorong pertumbuhan industri perhiasan lebih tinggi, Gati menyebutkan Kemenperin memfasilitasi pelaku usaha dalam memperluas pasar secara offline melalui pameran-pameran. Secara teknis, Kemenperin tidak memberikan fasilitas karena para pelaku industri ini sudah sangat mumpuni untuk menembus pasar global.
“Kami akan tingkatkan fasilitas untuk memperluas pasar secara offline,” katanya.
Di Indonesia, jumlah industri perhiasan skala menengah besar mencapai 83 perusahaan, sedangkan industri kecil perhiasan mencapai 36.000 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sekitar 43.000 orang.
Tujuan ekspor perhiasan adalah ke negara Singapura, Hongkong, Amerika Serikat, Jepang, Uni Emirat Arab dan beberapa negara Eropa seperti Inggris, Belanda, Denmark dan Swedia.