Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan tiket pesawat domestik akan meningkatkan kunjungan wisawatan nusantara sebesar 5% di Tanah Air.
Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), Asnawi Bahar mengatakan selama ini tiket pesawat yang mahal berdampak pada rendahnya kunjungan wisatawan domestik.
"Wisatawan domestik enggan berwisata di Tanah Air karena tiket pesawat yang mahal," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (13/1/2019).
Asnawi menyambut baik langkah Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia National Carriers Association/INACA) yang sepakat untuk menurunkan tarif tiket pesawat.
Hal ini pun membawa angin segar bagi industri pariwisata domestik dan diperkirakan meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara sebesar 5% dari tahun lalu.
Sepanjang tahun lalu, pergerakan wisatawan nusantara mencapai 275 juta kunjungan. Hal itu diperkirakan banyaknya wisatawan yang pergi dengan kendaraan pribadi.
"Tentu dengan penurunan tiket pesawat akan meningkatkan pergerakan kunjungan wisatawan nusantara sebesar 5% dari tahun lalu," katanya.
Dia berharap, Pemerintah dapat mengatur dan mengawasi maskapai agar tak seenaknya begitu saja menaikkan tiket pesawat. Terlebih, kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga memang moda transportasi udara sangat dibutuhkan.
Pasalnya, apabila harga tiket pesawat ini tak diatur dan harganya mahal maka akan berdampak anjloknya kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara di dalam negeri.
"Dari akhir tahun lalu memang terasa penurunan domestik 20%-30%. Itu dirasakan oleh hotel-hotel yang strategis turun jumlah wisatawan. Ini karena paket wisata yang dijual oleh pelaku bisnis travel di luar negeri lebih banyak paket wisata antar pulau yang menggunakan pesawat," tuturnya.
Tentunya, mahalnya tiket pesawat akan berdampak pada naiknya harga paket wisata. Selain itu, daya saing produk wisata dalam negeri akan menurun dan kalah dari negara-negara lain yang menggunakan pesawat.
"Pesawatnya sama, minyaknya sama, pilotnya sama, pramugari dan pilotnya gajinya lebih besar, tapi kenapa mereka bisa jual lebih murah dibanding kita? Ini problem yang harus ditanyakan pemerintah," ucap Asnawi.
Pihaknya pun mengkhawatirkan apabila tiket pesawat tetap mahal maka akan terjadi penurunan lanjutan pada saat low season seperti sekarang ini.
Diperkirakan jumlah wisatawan domestik pada low season bisa turun sekitar 50% jika harga tiket pesawat masih belum terjangkau.
Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azhari menuturkan rencana untuk membangun mempunyai Low Cost Terminal (LCT) harus segera dilakukan agar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara.
Wisman yang datang ke Indonesia tahun 2017 lebih dari 55% menggunakan Full Service Carrier (FSC) dan sisanya menggunakan Low Cost Carrier (LCC). Pertumbuhan FSC hanya 12%, jauh di bawah LCC yang tumbuh 21% per tahun.
"LCC adalah senjata ampuh untuk mendorong pertumbuhan jumlah wisman," katanya.
Selain itu memang, untuk saat ini pemerintah harus mengatur secara tegas harga tiket pesawat. Pasalnya, memang untuk berkeliling destinasi wisata di dalam negeri sangat bergantung dengan moda pesawat.
"Ya ini perlu ada insentif ke maskapai untuk mengangkut wisatawan domestik maupun mancanegara yang memang tujuannya untuk berlibur," tutur Azril.