Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan menilai efisiensi biaya logistik masih belum maksimal dan berkomitmen untuk terus memperbaikinya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan kapal yang keluar di pelabuhan semua ingin melakukan pengapalan langsung atau direct call dengan kapal-kapal yang kecil. Umumnya, direct call untuk tujuan ke Singapura lagi. Dengan demikian biaya logistik menjadi tidak efisien karena ada dua kali biaya.
"Dalam hal itu, bagaimana kita jadikan Pelabuhan Tanjung Priok, nanti Patimbang menjadi magnet untuk ekspor dengan adanya magnet dan dengan kapal yang besar itu skala efisiensinya akan tercapai," ungkapnya, Rabu (9/1/2019).
Dia mengajak agar pemerintah daerah tidak melakukan ekspor secara langsung tetapi melalui hub di Jakarta.
Menhub mengungkap, peringkat logistics performance index sudah meningkat ke posisi ke-46 . Pihaknya, memastikan bahwa peringkat tersebut akan terus naik seiring dengan efisiensi biaya logistik.
Budi Karya juga menekankan perlu adanya kesinambungan perbaikan dari kementerian/lembaga (K/L) yang terlibat dalam rantai logistik. saya pastikan akan turun.
"Misal di Priok itu saya mengganti dengan orang-orang terbaik dan semua orang bilang orang saya bagus, bea cukai juga lakukan itu [perbaikan]. Kalau Priok jadi contoh, pasti biaya logistik jauh lebih bagus," paparnya.
Saat ini, dia menuturkan dwelling time atau waktu tunggu logistik sudah cukup berada di kisaran 3 hari dan fokusnya sekarang adalah mengatur agar dalam waktu tersebut bisa menurunkan biaya logistik.