Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom senior Kwin Kian Gie menilai perkembangan perekonomian Indonesia sudah dalam sinyal mengkhawatirkan, ditandai dengan membengkaknya utang negara, merosotnya nilai tukar Rupiah, defisit neraca perdagangan.
Pemerintah yang melakukan pembangunan infrastruktur secara masif dan tidak memperhitungkan kemampuan APBN dalam mendanai proyek infastruktur, semakin membebani keuangan negara.
Kondisi perekonomian nasional semakin diperparah dengan makin merajalelanya praktek-praktek korupsi oleh para penyelenggara negara.
Kritik tersebut disampaikan oleh Kwik dalam Diskusi Rabu Biru bertemakan "Nestapa Ekonomi 2018" di Media Center Prabowo-Sandi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Rabu malam (19/12/2018).
"Nilai tukar Rupiah sudah sangat merosot, dari pada awal pemerintahan Joko Widodo di kisaran Rp9.300-an, merosot hingga Rp15.000. Itu merosotnya sudah berapa? Beban utang negara juga sudah semakin membengkak akibat pembangunan infrastruktur yang tidak terkendali dan didanai dengan utang. Impor kita juga terus membesar, sementara ekspor komoditas mandeg. Begini keadaan ekonomi kita sekarang," katanya.
Kwik yang Mantan Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan dan Industri (Ekuin) ini pembangunan infrastruktur yang digencarkan oleh pemerintahan Jokowi, dilakukan tidak tepat waktu dan terlihat main hantam saja tanpa memperhitungkan berbagai aspek.
Dia menunjuk kenyataan pembangunan ruas jalan di Papua yang sangat bagus dan menelan biaya sangat besar, tercatat hanya dilalui oleh kendaraan dalam jumlah sedikit, sekitar 500 unit dalam seharinya.
"Memang terlihat pembangunannya luar biasa. Tetapi keuangan negara sangat terbebani oleh utang-utang untuk mendanai proyek-proyek tersebut. Pembangunan infrastruktur ini dilakukan dalam waktu yang tidak tepat".
Baca Juga
Dia menyayangkan para menteri ekonomi di kabinet, tidak berani memberikan masukan maupun koreksi yang konstruktif kepada Presiden Jokowi misalnya agar lebih berhati-hati dan memperhitungkan berbagai aspek. Para menteri tidak bisa membantah lantaran takut dipecat.
"[Menkeu] Sri Mulyani melakukan utang, tidak berani bersuara apa adanya," ujarnya.
Untuk soal korupsi, Kwik menggarisbawahi makin maraknya praktek korupsi di lingkungan pemerintahan yang semakin membebani perekonomian negara.
"Pemberantasan korupsi tidak menyentuh pada aspek pencegahannya. Tidak pernah berkonsentrasi menjawab how-nya, inilah kegagalan pemerintah sekarang".
Tampil juga dalam diskusi publik tersebut yakni Dr.Fuad Bawazir (mantan Menteri Keuangan/Dewan Penasehat Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi), Ir.Rifda Ammarina (pelaku usaha/fungsionaris Kadin Indonesia).