Bisnis.com, JAKARTA--Bisnis properti, khususnya di Jakarta, menunjukkan tren yang semakin menurun.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2017 produk domestik bruto (PDB) realestat hanya tumbuh 3,68%, merosot dibandingkan dengan 2016, 2015, dan 2014 yang masing-masing tercatat 4,69%, 4,11%, dan 5%. Tahun 2018, pertumbuhannya kembali menurun 3,11%.
Head of Marketing Rumah.com Ike Hamdan memaparkan pertumbuhan harga properti di Jakarta tidak setinggi nasional. Pada kuartal II/2018, Property Price Index nasional menyentuh angka 105,9. Ini merupakan Indeks tertinggi sejak 2015. Indeks kemudian bergerak naik sebesar 2,3% pada kuartal III/2018 (qoq) menjadi 108,3.
Secara tahunan, (yoy), Rumah.com Property Price Index secara nasional pada kuartal III/2018 naik sebesar 4%. Pada periode yang sama tahun lalu, Indeks tercatat mengalami penurunan sebesar 1% (yoy).
Sementara di DKI Jakarta, Property Price Index kuartal ketiga 2018 berada pada angka 127,2 atau naik 3% secara tahunan. Pertumbuhan tersebut dinilai melambat jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 11% (yoy).
"Perlambatan ini menjadi indikasi harga properti hunian di Ibu Kota mendekati titik jenuh. Daya beli pasar mayoritas berada pada kisaran menengah dan menengah bawah, yang suplainya justru lebih banyak tersedia di luar DKI Jakarta," papar Ike, Kamis (20/12/2018).
Baca Juga
Dia menjelaskan kenaikan harga properti pada kuartal III tidak mengganggu volume permintaan, bila dilihat dari data KPR/KPA Bank Indonesia yang meningkat sebesar 66,7% secara tahunan, bahkan lebih besar dari kuartal sebelumnya sebesar 42,9%.
Direktur Pakuwon Jati Ivy Wong mengatakan penjualan properti Pakuwon masih berjalan baik meskipun kondisi pasar belum meningkat.
"Memang kami prediksi agak slow ya, karena kondisi ekonomi, pajak, dan lainnya, tapi penjualan masih berjalan sesuai ekspektasi kami," kata Ivy kepada bisnis, belum lama ini.