Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menyoroti faktor eksternal atas defisit necara perdagangan yang terjadi hingga November 2018.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan hal utama yang membuat neraca perdagangan dalam negeri defisit adalah menurunnya harga komoditas dunia. Padahal komoditas adalah sektor andalan Indonesia dalam perdagangan luar negeri.
“Harga-harga komoditi turun lagi. Seperti batubara turun, CPO turun, karet turun. Hampir semua mineral-mineral itu juga mengalami perubahan harga,” ujarnya di Kantor Wakil Presiden Ri, Selasa (18/12/2018).
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit US$2,05 miliar pada November 2018 seiring besarnya defisit di neraca migas.
Nilai defisit ini disebabkan posisi neraca ekspor yang tercatat sebesar US$14,83 miliar lebih rendah dibandingkan dengan nilai neraca impor sebesar sebesar US$16,88 miliar.
Di sisi lain Wapres Kalla pun mengatakan jumlah ekspor komoditas Indonesia tak berubah. Namun nilai ekspor tergerus karena penurunan harga tersebut.
“Ekspornya sama tetapi dia punya value, nilainya, turun. Sedangkan yang dihitung dalam neraca perdagangan itu nilai. Jadi, ini kan batu bara turun lagi 20%-30% dibanding dengan beberapa bulan yang lalu. Jadi secara volume, ini tidak turun tetapi secara nilai dia turun,” ucapnya.
Wapres Kalla pun mengatakan pemerintah sebelumnya sudah memprediksi bahwa akan terjadi peningkatan defisit dibandingkan dengan tahun sebelumnya.