Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Pengusaha Makanan ternak (GPMT) mengestimasi serapan pakan ikan tahun ini tidak akan melesat dari target yang dibuat pada awal tahun yakni sebesar 1,3 juta-1,35 juta ton.
Angka serapan ini bahkan tidak bergeser dari realisasi tahun lalu. Ketua Divisi Akuakultur GPMT Haris Muhtadi menyebutkan stagnansi ini terjadi lantaran penataan keramba jarring apung [KJA] oleh pemerintah di beberapa sentra-sentra produksi ikan budidaya air tawar.
“[Penataan KJA] itu kan nyatanya berlangsung dan bisa mempengaruhi secara psikologis. Petambak dan petani kita memang agak reluctant, ragu untuk ekspansi. Jadi memang flat tetap sekitar 1,3 juta-1,35 juta ton pakan ikannya,” katanya ketika dihubungi Bisnis, Senin (26/11/2018).
Sementara itu, di sisi lain, serapan pakan untuk budidaya ikan air laut juga tak menunjukkan perkembangan berarti. Hal lantaran pemberlakuan regulasi terkait pengangkutan ikan hidup. Seperti diketahui, sejumlah ikan budidaya air laut yang menjadi komoditas ekpsor pada umumnya diangkut dan diperdagangkan dalam keadaan hidup. Sementara itu, di sisi lain, pasar lokal juga tidak begitu bergairah.
Sementara itu, usia budidaya yang menurutnya juga lebih tinggi membuat para pelaku semakin kurang berminat akan budidaya ikan air laut.
Belum lagi, biaya produksi pakan ikan air laut disebut masih lebih tinggi dibanding pakan ikan air tawar karena membutuhkan protein lebih tinggi.
“Harus diakui pakan marine feed, atau ikan laut seperti kerapu maupun barramundi atau kakap yang dipelihara itu sama sekali nggak berkembang,” katanya.