Bisnis.com, JAKARTA — PT Hutama Karya (Persero) siap menarik komitmen pendanaan yang baru diperoleh untuk proyek jalan tol Trans-Sumatra. Penarikan pinjaman bakal dilakukan secara bertahap sesuai dengan progres konstruksi.
Direktur Utama Hutama Karya Bintang Perbowo mengatakan bahwa perseroan telah menandatangani tiga perjanjian pinjaman senilai Rp32 triliun pada Oktober 2018 di Bali dalam rangkaian IMF-World Bank Annual Meetings.
Dia menyebutkan bahwa pinjaman dari lembaga keuangan domestik dan internasional akan melengkapi sumber pendanaan tol Trans-Sumatra dari penyertaan modal negara sebesar Rp10,50 triliun.
"Semuanya sudah bisa ditarik sesuai dengan kebutuhan kami saja. Kreditur, bahkan minta cepetan ditarik. Selama sudah ada PPJT [perjanjian pengusahaan jalan tol], kami sudah bisa tarik [pinjaman] untuk bayar kontraktor," kata Bintang kepada Bisnis.com, Kamis (15/11/2018).
PT Hutama Karya telah menandatangani perjanjian pinjaman sindikasi senilai Rp9,16 triliun dan cash eficiency support (CDS) sebanyak Rp5,19 triliun untuk ruas Terbanggi Besar—Pematang Panggang—Kayu Agung.
Para kreditur dalam sindikasi itu adalah Bank Mandiri, BNI, BRI, CIMB Niaga, dan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI).
Baca Juga
PT Hutama Karya juga mengantongi komitmen kredit investasi sebesar Rp7 triliun dan CDS senilai Rp4,50 triliun dari Bank Mega untuk pembangunan ruas tol Pekanbaru—Dumai.
Guna memenuhi porsi ekuitas, BUMN karya itu juga mendapat fasilitas pinjaman sebesar Rp4,50 triliun dari Bank Permata, Bank ICBC, Bank MUFG, dan SMI dengan underlying pinjaman berupa sekuritisasi tol akses Tanjung Priok.
Pinjaman jumbo untuk Hutama Karya tergolong sepadan untuk tugas yang diemban BUMN yang akan menjadi induk perusahaan infrastruktur dan konstruksi milik negara tersebut. Pasalnya, Hutama Karya mendapat penugasan untuk menggarap 11 ruas prioritas sepanjang 1.480 kilometer.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Hutama Karya membutuhkan pendanaan Rp250,50 triliun untuk membangun 11 ruas prioritas tersebut.