Bisnis.com, JAKARTA – Perhelatan Our Ocean Conference (OOC) 2018 yang berlangsung pada 29—30 Oktober berhasil mengumpulkan 287 komitmen nyata dari para tamu yang hadir baik regulator, pelaku usaha, dan organisasi non-pemerintah.
Dalam dua hari tersebut OOC juga berhasil menghimpun dana lebih dari US$10 miliar dan menciptakan 14 juta kilometer persegi Kawasan Konservasi Laut.
“Jumlah ini melebihi harapan kami. Kami berterimakasih atas kontribusi kolektif Bapak Ibu sekalian dalam menentukan masa depan laut dan isinya, agar lebih lestari dan dikelola secara berkelanjutan,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam sambutannya pada Global Ocean Leadership Panel yang merupakan rangkaian acara OOC 2018 di Nusa Dua Convention Center.
Menurutnya, kelestarian laut sudah menguatirkan, padahal laut salah satu sumber rantai kehidupan manusia. Buruknya kelestarian laut dikarenakan banyaknya sampah plastik di laut, sehingga mencemarkan kesehatan laut.
"Sampah plastik tersebut akan terurai menjadi mikroplastik. Ikan-ikan di laut yang kerap dikonsumsi, akan memakan mikroplastik tersebut. Ini tentunya sangat membahayakan diri kita sendiri, karena kita makan ikan yang mengandung mikroplastik,” jelas Susi.
Permasalahan selanjutnya ialah banyaknya aktivitas penangkapan ikan illegal yang juga menjadi ancaman bagi kelestarian laut. Para kerap kali menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, sehingga mencemarkan ekologi laut. “93% ikan kami dieksploitasi berlebihan oleh alat tangkap yang tidak ramah lingkungan oleh pelaku illegal fishing,” tambahnya.
Indonesia telah melakukan upaya untuk melindungi lautan dengan berperang melawan illegal fishing, dan telah berhasil menenggelamkan 488 kapal pelaku illegal fishing. “Kami memberlakukan moratorium selama satu tahun terhadap kapal ex-asing untuk beroperasi. Kami juga melarang trawl yang telah merusak perairan kami,” jelasnya.
Dalam menjaga kelestarian laut secara bertanggung jawab, lanjut Menteri Susi, diperlukan koordinasi dan kerja sama yang erat antar negara, terutama kerjasama regional. “Indonesia belajar, tanpa adanya kerja sama dengan negara tetangga, apa yang kita lakukan belumlah cukup,”.
“Kita harus menyadari bukan laut yang membutuhkan kita, melainkan kita yang membutuhkan laut. Laut mampu memulihkan dirinya sendiri jika kita memberinya kesempatan,” tutupnya.