Bisnis.com, JAKARTA - Investor pemula yang kini mulai meramaikan pasar properti memiliki keunikan yang berbeda dengan investor yang telah berkecimpung lama di pasar properti.
Country General Manager Rumah123 Ignatius Untung mengatakan investor pemula memiliki keunikan yang berbeda dengan investor yang telah berkecimpung lama di pasar properti.
"Umur segitu [26 tahun-35 tahun] membeli untuk investasi itu iya, tetapi mereka belum melihat properti itu harus dimiliki. Mereka punya uang, sehingga beli saja properti dengan harapan nilai uangnya naik, tetapi belum tentu akan ditinggali," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (17/10/2018).
Untung mengatakan milenial yang memiliki wawasan luas sehingga memiliki standar yang tinggi akan hunian untuk ditinggali yang hingga kini semakin susah didapatkan.
Oleh karena itu, mayoritas investor milenial membeli hunian tetapi bukan properti yang sesungguhnya dia inginkan, sehingga produk tersebut tidak dia tinggali dan hanya menjadi produk investasi.
"Cuma berpikir dari pada uangnya tergerus inflasi dan harga properti semakin tinggi ya mending investasi aja. Kalau milenial, mereka tidak mempunyai bayangan maunya seperti apa investasi tersebut, seperti seberapa banyak jaminan capital gain, mereka hanya mengira-ngira yang penting nanti naik harganya [properti] naik," ujarnya.
Baca Juga
Untung menyimpulkan karakteristik investor milenial merupakan investor yang belum berpengalaman, tidak mempunyai rencana pasti, dan belum mengetahui langkah yang harus dilakukan. Umumnya, investor milenial lebih banyak dipengaruhi oleh ajakan teman dan tawaran langsung dari pemasar properti.
Selain itu, milenial yang menjadi investor perlu diperhatikan lebih lanjut karena mereka pembeli rumah pertama akan tetapi sudah menjadi investor properti.
"first time home buyer yang diajak menjadi investor itu harus hati-hati. Kalau proyek tidak jalan dan barangnya tidak ada, investor muda ini untuk bertranformasi menjadi end user pun malah semakin malas dan susah yang akhirnya market dua-duanya [end user dan investor] jadi stagnan," papar Untung.
Dia menilai pemain properti masih malas untuk megedukasi pasar untuk menjadi end user dan lebih tertarik menggaet investor sebagai jalan pintas agar penjualan lebih cepat laku. Akan tetapi, hal tersebut dinilai tidak baik karena pada akhirnya kawasan akan menjadi lebih hidup jika properti tersebut benar-benar dihuni.