Bisnis.com, JAKARTA — BPH Migas menilai bahwa penurunan impor minyak dan gas bumi pada September 2018 bukan disebabkan oleh penurunan konsumsi bahan bakar minyak di dalam negeri.
Implementasi bauran biodiesel ke dalam Solar justru menjadi salah satu faktor yang menurunkan impor migas pada bulan lalu.
Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Fansurullah Asa menyebutkan bahwa konsumsi bahan bakar minyak pada September relatif stabil sehingga penurunan impor migas bukan disebabkan terjadinya penurunan konsumsi pada periode tersebut.
"Konsumsi [bahan bakar minyak] stabil, tidak ada masalah itu. Tidak ada penurunan [konsumsi BBM]. Apalagi soal bencana Palu kemarin harus dibantu [penyediaan BBM]," katanya, Selasa (16/10).
Dia menilai, implementasi bauran bahan bakar nabati sebesar 20% dalam Solar yang menjadi salah satu faktor penurunan impor migas pada bulan lalu. "B20 itu jelas punya kontribusi [penurunan impor migas]."
Direktur Eksekutif Reforminer Komaidi Notonegoro mengatakan, penurunan impor migas pada September bukan dikarenakan faktor tunggal.
Dia membenarkan bahwa ada kontribusi dari biodiesel minyak kelapa sawit terhadap penurunan impor migas pada September 2018.
"Secara siklus pada September umumnya impor [migas] turun. Pada 2016 dan 2017 juga sama polanya," kata Komaidi.
BPS mencatat, impor migas secara pada September 2018 turun 25,2% menjadi US$2,28 miliar dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Penurunan impor migas dipicu oleh turunnya nilai impor seluruh komponen migas, yaitu minyak mentah US$332,6 juta (turun 31,90%), hasil minyak US$ 391,1 juta (turun 23,06%), dan gas bumi US$43,9 juta ( turun 14,30%).
Namun, nilai impor migas pada September 2018 naik 17,75% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, penerapan PPh impor juga berdampak pada penurunan tersebut. "Penerapan PPh impor saya kira juga memberikan kontribusi. Untuk 2018 tren penurunan konsumsi global saya kira yang signifikan memengaruhi impor termasuk impor migas Indonesia."