Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan bahwa penurunan impor minyak dan gas pada September 2018 dikarenakan adanya penurunan konsumsi BBM secara musiman.
Pasalnya, pola yang terjadi kali ini hampir sama dengan apa yang terjadi pada September 2017. Defisit perdagangan migas pada September 2017 menurun dari US$777 juta ke US$479 juta. Menurutnya, adanya implementasi bauran bahan bakar nabati dan Solar atau B20 ke sektor nonsubsidi yang dimulai pada 1 September belum memberikan dampak pada impor migas.
“Penurunan itu disebut normalisasi pasca-Lebaran,” katanya, Senin (15/10).
Dia menilai, impor minyak dan gas akan kembali meningkat pada Oktober sampai Desember. “Nanti Oktober sampai Desember mulai naik lagi defisit migasnya, menandakan permintaaan akhir tahun BBM tinggi. Jadi tidak benar karena B20.”
Sebelumnya, Direktur Jenderal bidang Minyak dan Gas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto, mengatakan salah satu faktor penyebab menurunnya impor migas adalah implementasi biosolar B20.
“Ya B20 kan sudah mulai berjalan tuh September, ya [salah satunya] karena itu,” katanya, Senin (15/10).
Selain dikarenakan implementasi B20, Djoko menyebut masih ada sejumlah faktor lain yang memicu turunnya impor migas. Namun, dia mengaku masih belum mengetahui faktor-faktor tersebut seperti turunnya konsumsi penggunaan BBM.
“Makanya saya mau lihat konsumsinya apakah turun atau tidak.”
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, menurunnya impor migas disebabkan turunnya seluruh komponen migas yaitu minyak mentah US$332,6 juta atau 31,90%, hasil minyak US$391,1 juta atau 23,06% dan gas senilai US$43,9 juta atau 14,30%.