Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WTO: Perang Dagang AS-China dapat Melebar ke Area Lain

Perselisihan dagang antara Amerika Serikat dan China bisa merambah ke area lain di luar perdagangan. Pasalnya, kedua negara memiliki banyak “amunisi” yang dapat digunakan di dalam ‘perang dagang’.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Perselisihan dagang antara Amerika Serikat dan China bisa merambah ke area lain di luar perdagangan. Pasalnya, kedua negara memiliki banyak “amunisi” yang dapat digunakan di dalam ‘perang dagang’.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Organisasi Dagang Internasional (WTO) Roberto Azedevo, bahwa kini WTO tengah fokus mengupayakan diadakannya dialog antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut.

“Saya sangat khawatir. Sejujurnya, menurut saya, ini semua belum berakhir. Mereka [AS dan China] memiliki banyak amunisi dan ini [perang dagang] dapat melebar hingga ke area melebihi tarif… dagang,” katanya tanpa menjelaskan lebih lanjut di acara di Rio de Janeiro, Brasil, seperti dikutip Reuters, Kamis (20/9/2018).

Adapun sejauh ini, Presiden AS Donald Trump telah melangkah berlawanan arah dengan WTO. 

Pemerintahan AS pun telah merusak kekuatan WTO dengan menahan pemilihan  ulang untuk anggota dewan banding (Appelatte Body).

Jika AS terus menahan dan menghiraukan sitem penyelesaian sengketa di WTO, bukan tidak mungkin organisasi berusia 23 tahun tersebut akan tutup usia dan hilang lah organisasi internasional yang dapat melindungi dunia dari proteksionisme dagang.

Azedevo menambahkan, badan resolusi sengketa perdagangan global di WTO sejatinya tetap mungkin dapat dijalankan tanpa AS. Namun, sejauh ini masih belum  ada kejelasan dari Washington mengenai minatnya untuk tetap tergabung di dalam organisasi tersebut atau tidak.

Adapun pada Selasa (17/9/2018), tensi dagang antara AS dan China semakin panas. Beijing mengumumkan bakal memberlakukan tarif balasan untuk produk impor asal AS yang senilai US$60 mliar jika AS tetap memberikan tarif sebesar 10% untuk produk impor asal China senilai US$200 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper