Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR mengklaim bahwa produksi gabah kering giling (GKG) antara bulan Juli sampai dengan September surplus.
Pada Juli, luas panen mencapai 1,5 juta ha dengan produksi GKG mencapai 8,6 juta ton sedangkan konsumsi hanya 2,4 juta ton.
Begitu pun dengan Agustus, luas panen 1,4 juta ha dengan potensi produksi GKG 7,3 juta ton sedangkan konsumsi hanya 2,5 juta ton. Pada masa tanam terakhir yakni September, luas panen mencapai 983.377 ha dengan potensi produksi GKG 7 juta ton dan konsumsi sekitar 2,4 juta ton.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumardjo Gatot Irianto mengatakan pada tahun ini antara Januari sampai dengan September jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu.
"ARAM tahun lalu itu 81 juta ton, tahun menjadi 82 juta ton dan kami menargetkan bisa 83 juta ton lebih produksinya," katanya, Rabu (12/9).
Gatot mengatakan bahwa hal tersebut dapat tercapai karena luas tanam pada Agustus tahun ini meningkat menjadi 1,5 juta ha dibandingkan dengan tahun lalu 805.000 ha. Bahkan sampai dengan akhir September, Gatot tetap menargetkan luas panen tetap stabil yakni 1,5 juta ha.
Produksi katanya naik karena tiga faktor utama yakni perluasan tanam, produktivitas meningkat karena cuaca yang baik dan menurunnya serangan organisme pengganggu tanaman. Bahkan, fenomena El Nino ringan justru ikut membantu penambahan luas tanam.
"Memang ada El Nino ringan, tapi di lahan rawa yang airnya penuh jadi kering dan bisa ditanam. Kita bilang itu [laham] gogo rawa, habis panen langsung kita tanam lagi. Kelebihan lahan yang sebelumnya tidak bisa tanam sekarang bisa tanam," katanya.
Lahan basah atau rawa tersebut dapat langsung ditugal atau diolah tanpa perlu dilumpurkan terlebih dahulu. Dengan begitu proses produksi jadi lebih singkat dan memangkas biaya produksinya.
"Biaya produksi tanpa olah tanah jadi lebih hemat. Kami belum hitung persis berapa penurunannya. Tapi yang pasti tahun depan targetnya kita ingin dapat memproduksi 85 juta ton. Rawa akan kita maksimalkan," tegasnya.
Gatot mengatakan akan melakukan perluasan tanam ke luar pulau Jawa dalam hal pemanfaatan lahan rawa. Selain itu ada juga program tumpang sari yang dapat menambahkan produksi tiga komoditas sekaligus yakni padi, jagung, dan kedelai.
Sejauh ini sudah diujicobakan pada lahan seluas 22.000 ha sampai dengan September. Tumpang sari berarti dalam satu lahan baku dapat dimanfaatkan untuk memproduksi pajale sekaligus.